Kaus Palestina di Konser Lorde Bikin Heboh, Pihak Venue Minta Maaf!
Kaus Palestina di Konser Lorde Jadi Sorotan, The O2 Minta Maaf Usai Dikecam!
Sebuah insiden di arena konser The O2, London, memicu perdebatan sengit di media sosial. Pasalnya, manajemen venue tersebut dikecam setelah melarang seorang penonton mengenakan kaus bergambar bendera Palestina saat konser Lorde. Permintaan maaf yang dilayangkan pihak The O2 justru menambah panjang daftar protes, karena kejadian serupa ternyata bukan kali pertama terjadi.
Kronologi Larangan Kaus Palestina
Penonton Dihadang karena Kaus "Palestine"
Francesca Humi dan Chloe Grace Laws, dua orang penonton yang hendak menikmati konser Lorde di The O2, mengalami pengalaman tak menyenangkan. Mereka dihentikan oleh petugas keamanan karena mengenakan kaus sepak bola FC Palestina bertuliskan "Palestine." Menurut petugas, pakaian tersebut melanggar aturan venue.
Penjelasan Pihak Keamanan The O2
Humi menceritakan di akun Instagramnya bahwa petugas keamanan berdalih The O2 memiliki kebijakan yang melarang penggunaan kaus atau atribut sepak bola dari negara manapun. Alasan yang dikemukakan adalah kekhawatiran akan potensi tersinggungnya penonton lain dan timbulnya keributan akibat pakaian yang menampilkan nama atau simbol negara.
Diancam Dikeluarkan dari Lokasi Konser
Humi mengaku terkejut mendengar alasan tersebut. Ia bahkan melihat banyak penonton lain dengan santai mengenakan kaus bertema kebangsaan, termasuk sepak bola dari berbagai negara. Penolakan Humi untuk melepas kausnya berujung pada ancaman dikeluarkan dari venue oleh seorang manajer keamanan. "Mereka memanggil manajer keamanan yang mengatakan saya harus melepas kaus tersebut atau saya akan 'dikeluarkan' dari lokasi acara," tulis Humi. Akhirnya, ia terpaksa menitipkan kausnya di area penyimpanan barang. Chloe Grace Laws pun mengalami perlakuan serupa. Seorang petugas keamanan bahkan menyebutkan bahwa bendera Israel juga sempat dilarang saat konser grup musik Haim pada 28 Oktober lalu.
The O2 Sampaikan Permintaan Maaf dan Klarifikasi
Pernyataan Resmi The O2
Setelah viral dan menuai kecaman, manajemen The O2 akhirnya memberikan penjelasan. Juru bicara The O2 menegaskan bahwa sebenarnya tidak ada kebijakan spesifik yang melarang pakaian dengan isu sosial, politik, agama, atau kebangsaan. "Kami tidak selalu benar dalam setiap keputusan, dan dengan menyesal pada kesempatan ini, 'keputusan penilaian yang salah telah dibuat' terkait dua individu," ujar juru bicara tersebut. Pihaknya mengakui adanya salah tafsir kebijakan dan prosedur eskalasi yang tidak berjalan semestinya.
Janji Pembenahan Kebijakan
Lebih lanjut, The O2 berjanji akan mengevaluasi kebijakan yang ada dan memberikan pelatihan ulang kepada seluruh staf keamanan. Mereka berjanji akan memastikan insiden serupa tidak terjadi lagi. "Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati semua orang yang datang ke venue kami," lanjut juru bicara tersebut. Namun, janji ini justru disambut skeptis oleh publik.
Reaksi Keras Publik dan Kontroversi
Insiden pelarangan kaus Palestina itu memicu gelombang reaksi keras dari warganet. Banyak yang mengecam The O2 karena dinilai melakukan diskriminasi terhadap Palestina. Kebijakan venue yang dianggap tidak konsisten dan berpotensi melanggar hak asasi manusia juga menjadi sorotan. Sebagian warganet bahkan menyerukan boikot terhadap The O2 dan konser-konser yang diadakan di sana.
Kasus Sebelumnya: Kaus "Free Gaza"
Kontroversi semakin memanas ketika terungkap bahwa insiden serupa pernah terjadi sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, seorang penonton konser komedian Peter Kay juga dilarang masuk karena mengenakan kaus bertuliskan "Free Gaza". Saat itu, The O2 juga meminta maaf dan berjanji meninjau ulang kebijakan serta melatih ulang staf. Fakta ini membuat publik semakin geram dan menuduh The O2 tidak serius dalam menangani masalah diskriminasi. Janji perbaikan kebijakan dan pelatihan staf, yang diucapkan setelah insiden kaus "Free Gaza", seolah hanya menjadi formalitas belaka. Kepercayaan publik terhadap The O2 pun semakin terkikis.
Kejadian ini kembali membuka perdebatan tentang kebebasan berekspresi dan batasan-batasannya di ruang publik. Muncul pertanyaan tentang sejauh mana penyelenggara acara berhak melarang atau membatasi pakaian penonton, terutama jika mengandung pesan politik atau sosial. Perdebatan ini juga menyoroti pentingnya keadilan dan konsistensi dalam penerapan kebijakan, serta perlunya menghormati keberagaman pandangan dan keyakinan. Sementara The O2 berusaha memulihkan citranya, dampak dari insiden ini diperkirakan masih akan terasa dalam jangka panjang. Publik akan terus mengawasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang diambil The O2 untuk memastikan hak-hak penonton dihormati dan diskriminasi tidak terulang.