TERBARU

Bayangkan Jadi Mereka, 12 Jam Mencekam di Pesawat Setelah Mendarat

Bayangkan Jadi Mereka, 12 Jam Mencekam di Pesawat Setelah Mendarat


Terbayang bagaimana cemasnya lebih dari 150 warga Palestina yang terkurung di dalam pesawat selama 12 jam setelah mendarat di Afrika Selatan. Kamis (13/11) lalu, pesawat yang mereka tumpangi ditolak masuk, menciptakan situasi yang menegangkan di tengah ketidakpastian. Apa sebenarnya yang terjadi?

Mendarat di OR Tambo, Izin Masuk Ditolak

Sebuah pesawat carteran yang membawa 153 warga Palestina tiba di Bandara Internasional OR Tambo, Afrika Selatan, tak lama setelah pukul 08.00 pagi pada Kamis (13/11). Kedatangan yang diharapkan menjadi awal perjalanan baru ini, justru berubah menjadi pengalaman pahit. Otoritas imigrasi setempat menolak memberikan izin masuk bagi seluruh penumpang. Kebingungan dan kecemasan pun merebak, mengubah kabin pesawat menjadi ruang tunggu yang penuh tekanan.

Dokumen Jadi Ganjalan

Kepolisian perbatasan Afrika Selatan menjelaskan, alasan penolakan ini adalah masalah pada dokumen perjalanan para penumpang. Seorang juru bicara kepolisian menyebutkan, penumpang tidak diizinkan turun karena "tidak memiliki stempel keberangkatan yang lazim di paspor mereka". Lebih lanjut, tidak ada satupun dari penumpang tersebut yang menyatakan niat untuk mengajukan suaka di Afrika Selatan. Pertanyaan pun muncul: bagaimana mungkin mereka bisa bepergian tanpa dokumen yang sah? Hal ini memicu spekulasi tentang kemungkinan pelanggaran hukum imigrasi dan peran pihak-pihak yang mengatur penerbangan tersebut.

Gift of the Givers Ulurkan Tangan

Di tengah situasi yang sulit, organisasi non-pemerintah (LSM) Afrika Selatan, Gift of the Givers, hadir memberikan bantuan. LSM yang dikenal dengan aksi kemanusiaannya di berbagai negara ini, turun tangan menjamin akomodasi bagi para warga Palestina. Intervensi ini menjadi titik terang, memberi harapan bagi para penumpang yang terkatung-katung. "Kami memahami kesulitan yang dihadapi para pengungsi ini dan berkomitmen untuk memberikan bantuan secepat mungkin," ujar Imtiaz Sooliman, pendiri Gift of the Givers.

Setelah 12 Jam, Akhirnya Diizinkan Turun

Setelah negosiasi intensif dan jaminan dari Gift of the Givers, Kementerian Dalam Negeri Afrika Selatan akhirnya memberikan izin bagi para warga Palestina untuk turun dari pesawat. Momen ini mengakhiri 12 jam yang menegangkan, setelah terkurung sejak pagi hari. Sebanyak 130 warga Palestina diizinkan memasuki negara tersebut, sementara 23 orang lainnya menunggu penerbangan lanjutan sesuai rencana perjalanan mereka. Kelegaan terpancar di wajah para penumpang saat akhirnya menginjakkan kaki di tanah Afrika Selatan, setelah melewati masa sulit yang penuh ketidakpastian.

Investigasi Penerbangan Carteran Ilegal

Insiden ini memicu penyelidikan mendalam oleh pihak berwenang Afrika Selatan terkait penerbangan carteran tersebut. Fokus utama adalah mencari tahu bagaimana orang-orang dapat bepergian tanpa dokumen lengkap, dan siapa yang bertanggung jawab atas pengaturan penerbangan ini. Kepolisian perbatasan Afrika Selatan menyatakan bahwa pesawat dioperasikan oleh maskapai Global Airways dan berangkat dari Kenya. Namun, rincian lebih lanjut mengenai rute dan kondisi keberangkatan masih belum jelas dan menjadi bagian dari penyelidikan. "Kami akan menelusuri semua aspek terkait penerbangan ini untuk memastikan tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi," tegas seorang pejabat kepolisian.

Afrika Selatan dan Dukungan untuk Palestina

Afrika Selatan dikenal sebagai negara yang memiliki sejarah panjang dalam mendukung perjuangan Palestina. Bahkan, pemerintah Afrika Selatan mengajukan gugatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) tahun lalu, menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza. Insiden ini semakin memperkuat sentimen pro-Palestina di kalangan masyarakat Afrika Selatan. Dukungan terhadap hak-hak warga Palestina juga terlihat dari peran aktif LSM seperti Gift of the Givers dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Palestina. "Kami akan terus memberikan dukungan kepada rakyat Palestina yang menderita akibat konflik berkepanjangan," kata seorang aktivis pro-Palestina di Afrika Selatan.

Kasus ini menyoroti kompleksitas isu imigrasi dan kemanusiaan di tengah konflik global. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap jaringan di balik penerbangan carteran ini, sekaligus memastikan hak-hak para pengungsi Palestina terlindungi. Sementara itu, insiden ini juga menjadi pengingat akan pentingnya dukungan internasional bagi rakyat Palestina yang terus berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment