Aksi Brutal, Masjid di Palestina Dibakar, Dunia Angkat Bicara!
Aksi pembakaran sebuah masjid di Tepi Barat yang diduduki, Palestina, memicu gelombang kecaman dari berbagai penjuru dunia. Insiden ini, yang diduga dilakukan oleh pemukim Israel, menambah bara ketegangan dan memunculkan kekhawatiran akan keselamatan warga Palestina di wilayah tersebut. Luka bakar dan coretan grafiti rasis tampak menghiasi dinding tempat ibadah, meninggalkan trauma dan ketidakamanan bagi masyarakat setempat.
Masjid Hajja Hamida Jadi Sasaran Amuk
Masjid Hajja Hamida di desa Deir Istiya, dekat Salfit, Tepi Barat utara, menjadi korban amukan pada Kamis (13/11) dini hari. Menurut laporan warga setempat kepada Al Jazeera, api berkobar melalap sebagian bangunan masjid, menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Lokasi Konflik: Deir Istiya
Desa Deir Istiya, yang terletak dekat Salfit, memang telah lama menjadi pusat konflik antara warga Palestina dan pemukim Israel. Pembakaran masjid ini terjadi di tengah situasi yang sudah memanas akibat ketegangan dan kekerasan yang meningkat. Serangan terjadi saat warga tengah beristirahat, menimbulkan keterkejutan dan kemarahan mendalam.
Kerusakan dan Luka Batin
Kobaran api tak hanya merusak fisik masjid, tetapi juga membakar salinan kitab suci Al-Qur'an. Dinding-dindingnya pun dicoreti dengan slogan-slogan rasis anti-Palestina, memperdalam luka bagi komunitas Muslim setempat. "Ini adalah tindakan provokatif yang bertujuan memicu konflik agama," ungkap seorang tokoh masyarakat yang, karena alasan keamanan, memilih untuk tidak disebutkan namanya. Lebih dari sekadar kerugian materi, insiden ini membangkitkan trauma masa lalu dan ketakutan akan masa depan.
Kecaman Internasional Mengalir Deras
Reaksi keras atas insiden ini langsung bermunculan dari berbagai belahan dunia. Organisasi internasional, negara-negara Arab, dan negara-negara Eropa bersatu mengecam tindakan tersebut dan menuntut pertanggungjawaban para pelaku.
PBB Merasa "Sangat Terganggu"
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa badan dunia tersebut "sangat terganggu" oleh serangan tersebut. "Serangan semacam itu terhadap tempat-tempat ibadah sama sekali tidak dapat diterima," tegas Stephane Dujarric dalam sebuah pengarahan di markas PBB, New York. Ia menekankan bahwa Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki tanggung jawab melindungi penduduk sipil dan memastikan pelaku diadili.
Yordania Mengecam Keras
Kementerian Luar Negeri Yordania juga "mengutuk keras" eskalasi serangan oleh pemukim Israel. Juru bicara kementerian menyebut kekerasan tersebut sebagai "perpanjangan dari kebijakan ekstremis dan retorika provokatif pemerintah Israel yang memicu kekerasan dan ekstremisme terhadap rakyat Palestina," seperti dikutip dari kantor berita Palestina, Wafa. Yordania, yang memiliki peran penting dalam menjaga situs-situs suci Muslim di Yerusalem, secara konsisten menyerukan perlindungan bagi tempat-tempat ibadah dan mengecam segala bentuk provokasi.
Eropa Bersuara: Jerman dan Swiss
Bahkan Jerman, yang seringkali berhati-hati dalam mengkritik Israel, menyerukan penghentian kekerasan para pemukim. Pemerintah Jerman menyatakan bahwa "insiden-insiden tersebut harus diselidiki secara menyeluruh dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban." Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Swiss mengatakan bahwa serangan pembakaran di Tepi Barat tersebut "tidak dapat diterima," dan mendesak agar kekerasan ini serta perluasan permukiman ilegal dihentikan.
Rangkaian Kekerasan Pemukim Israel
Pembakaran masjid ini bukanlah insiden yang berdiri sendiri. Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi peningkatan serangan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina dan properti mereka.
Rumah Warga Palestina Dibakar
Beberapa hari sebelum insiden masjid, para pemukim Israel membakar sebuah rumah warga Palestina di desa Khirbet Abu Falah, dekat Ramallah. Keluarga tersebut berhasil melarikan diri, namun seorang ibu mengalami patah kaki dalam proses evakuasi. "Kejadian ini menunjukkan pola kekerasan yang sistematis dan terencana," kata seorang pengamat hak asasi manusia di Ramallah. "Impunitas yang dinikmati para pelaku hanya mendorong mereka untuk melakukan lebih banyak kejahatan." Menurut laporan kantor kemanusiaan PBB, OCHA, kobaran api berhasil dipadamkan oleh tetangga dan tim pertahanan sipil.
Pembakaran masjid dan rumah warga Palestina ini merupakan eskalasi berbahaya dalam konflik Israel-Palestina. Tindakan ini tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik dan emosional yang mendalam, tetapi juga mengancam prospek perdamaian. Masyarakat internasional dituntut untuk mengambil tindakan tegas guna menghentikan kekerasan ini dan memastikan perlindungan bagi warga sipil Palestina.
Sementara berbagai kecaman dan seruan penyelidikan telah dilayangkan, banyak pihak yang pesimis terhadap kemungkinan adanya perubahan signifikan. Seorang analis politik Timur Tengah berpendapat, "Sampai ada akuntabilitas yang nyata dan konsekuensi yang berarti bagi para pelaku, kekerasan ini akan terus berlanjut." Situasi ini memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif yang mengatasi akar penyebab konflik dan memastikan keadilan bagi semua. Masa depan Tepi Barat, dan harapan bagi perdamaian antara Israel dan Palestina, tergantung pada kemampuan dunia untuk bertindak tegas dan mengakhiri siklus kekerasan yang tak berkesudahan ini.
Pihak berwenang Israel mengklaim sedang menyelidiki insiden pembakaran masjid tersebut. Namun, banyak warga Palestina skeptis dan meragukan keseriusan upaya tersebut, mengingat catatan penegakan hukum yang buruk terhadap kejahatan yang dilakukan oleh pemukim Israel. Situasi ini menuntut perhatian dan tindakan konkret dari semua pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah Israel, Otoritas Palestina, dan komunitas internasional, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan melindungi hak-hak warga sipil di wilayah konflik.