TERBARU

Jangan Seperti Raithah binti ‘Amr!

Jangan Seperti Raithah binti ‘Amr!
Jangan Seperti Raithah binti ‘Amr!

Qumedia - Bulan Ramadhan tahun 1444 Hijriyah telah berlalu. Segala fasilitas 'VVIP' seketika turut hilang bersama Ramadhan, seperti dilipatgandakannya pahala, keberkahan pada makanan dst. Kita semua berharap semoga usia kita dicukupkan untuk kembali bersua dengan bulan agung itu.

Sebagai refleksi dan renungan dari aktifitas Ramadhan kemarin, mari kita evaluasi, apakah kebiasaan baik yang kita lakukan di bulan Ramadhan masih berbekas dan berkelanjutan di bulan Syawal ini? Atau justru hilang lenyap bak debu di atas batu yang tersapu hujan badai? Pertanyaan semacam itu harus selalu kita dengungkan sebagai bentuk muhasabah (introspeksi) diri. Tak ayal beberapa jam setelah Ramadhan pergi, kita seolah kehilangan ruh dari Ramadhan itu sendiri. Sebut saja di malam 1 Syawal, kumandang Adzan Isya seolah kehilangan gaungnya, panggilan shalat yang sebelumnya ditunggu dan didatangi untuk untuk shalat berjamaah dilanjutkan dengan Qiyam Ramadhan (tarawih) seolah kehilangan tajinya.

Segala aktifitas kebaikan di bulan Ramadhan seharusnya dilanjutkan dan dipertahankan di bulan -bulan yang lain. Meski memang pahala yang didapat tidak sebesar pahala yang dijanjikan bulan Ramadhan.

Dahulu di Mekah Al Mukarromah hidup seorang perempuan yang tunagrahita alias dungu, setiap hari dari pagi sampai sore ia memintal benang untuk dijadikan kain, tapi setiap kali hampir selesai tenunannya menjadi kain ia selalu menghancurkannya kembali. Sehingga al Quran mengangkat kisahnya yang direkam dalam surat An Nahl ayat 92:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَانَّا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَيَ مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu,".

Imad Al-Hilali dalam buku Ensiklopedia Wanita ΑΙ-Quran menjelaskan, perempuan yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah Raithah binti Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Tayyim bin Murroh. Meski ayat tersebut berbicara tentang perjanjian yang dilanggar dan dijadikan untuk alat menipu, sebagaimana disampaikan oleh Jalaluddin Al mahalli dan Jalaludin As Suyuthi, namun perbuatan Raithah tersebut sudah barang tentu dapat dipetik hikmahnya dan dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Yakni jangan sampai kita melakukan sesuatu dengan susah payah namun kemudian kita hancurkan kembali karena kedunguan kita.

Jika dikaitkan dengan amaliyah di bulan Ramadhan kemarin maka janganlah kita seperti Raithah. Amal-amal kebaikan yang telah rutin kita lakukan paling tidak selama satu bulan lantas kita lupakan begitu saja, hilang tak berbekas dan berkelanjutan.

Di antara aktifitas kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan dan seharusnya dijaga dan diteruskan di bulan yang lain adalah sebagai berikut:

1. Bangun Sebelum Adzan Shubuh.

Di bulan Ramadhan, setiap Muslim selalu ingin bangun sebelum adzan subuh berkumandang, bukan tanpa alasan, bangun ketika adzan atau bahkan setelah adzan berarti kehilangan waktu untuk makan sahur. Hal itu jelas sangat merugikan dan ditakutkan. Meski tidak berkaitan dengan makan sahur, kebiasaan itu jelas sangat baik jika dipertahankan di bulan selain Ramadhan. Bahkan Allah Swt. menyampaikan bahwa waktu sahur adalah waktu yang sangat istimewa bagi orang-orang beriman mereka menggunakannya untuk memohon ampunan kepada Allah Swt.

2. Tilawah Al Qur'an.

Ramai orang membuat program (baik tertulis atau tidak) untuk khatam membaca al Qur'an selama bulan Ramadhan.

Ada yang membagi bacaan satu hari satu juz dengan membaca 2 lembar mushaf utsmani setiap selesai shalat fardu. Ada juga yang mengkhususkan tilawah al Qur'an sampai khatam di sepuluh malam terakhir. Semangat tilawah al Qur'an itu memang seharusnya melekat dan menjadi aktifitas regular seorang Muslim, tidak hanya di bulan Ramadhan, tapi berlaku sepanjang hayat. Bagaimana mungkin ada manusia yang mengaku Muslim dan beriman kepada Allah tapi tidak membaca buku pedomannya' secara rutin, baik dan benar?

3. Bersedekah.

"Rasulullah Saw. adalah orang yang sangat dermawan dan kedermawanannya bertambah kuat saat Ramadhan. ". Berita yang disampaikan oleh Abdullah bin 'Abbas tersebut sepertinya benar-benar dijadikan motivasi oleh Umat Islam selama bulan Ramadhan, terbukti dengan terlihatnya semangat dalam bersedekah yang menggebugebu. Entah itu yang bersedekah dengan uang, makanan, pakaian atau sekedar snack untuk menyegerakan berbuka shaum (ta'jil). Tidak jarang juga ada yang bersedekah dengan cara mensuport

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Organisasi/Lembaga Keislaman seperti pengajian umum, pesantren kilat, buka Bersama anak yatim, pembagian sembako dan kegiatan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yakni I'tikaf. Semangat untuk bersedekah itu seharusnya tetap dilakukan di bulan yang lain, karena Rasulullah juga sangat dermawan dalam kesehariannya. Lihat saja salah satu kisah yang disampaikan oleh sahabat Sahal bin Sa'ad rodiyallahu 'anhu tatkala Rasulullah diberi hadiah burdah (kain selimut dari bulu) oleh seorang perempuan, kain yang sengaja ia tenun sendiri khusus untuk Nabi Saw. Dalam hadits Riwayat Imam Bukhori itu dikisahkan ketika kain itu dipakai oleh Rasulullah ada sahabat yang memintanya, tanpa berfikir lama Rasulullah Saw. memberikan burdah tersebut kepadanya. Padahal para sahabat tau Rasulullah sangat nyukainya dan membutuhkannya. Itu hanya satu dari sekian banyak keteladanan Nabi Saw. semoga Allah Swt. Menguatkan jiwa dan raga kita untuk mengikuti jejak beliau Saw.

4. Shalat malam.

Kerap kita saksikan di awal-awal Ramadhan Mesjid di malam hari penuh sesak oleh kaum Muslimin guna melaksanakan shalat tarawih (qiyam Ramadhan). Meski seiring berjalannya waktu kesesakannya berkurang, namun ghiroh untuk melaksanakan shalat malam tersebut sungguh luar biasa. Dari kaum muda sampai yang tua penuh semangat untuk mendatangi Mesjid, meski kadang payah karena belum lama mereka merasa kekenyangan selepas berbuka.

Semangat tersebut semestinya tetap dijaga di bulan-bulan yang lain. Karena sebagaimana kita ketahui, shalat malam ada di semua malam. Hanya saja ia disebut shalat taraweh di bulan Ramadhan dan disebut shalat tahajud di bulan yang lain.

5. Shalat tepat waktu dan berjamaah di Mesjid.

'Panas'nya bulan Ramadhan mampu mencairkan ego manusia. Hati yang tadinya keras dan jauh dari Allah seakan dipaksa untuk mendekat. Kaki yang tadinya berat untuk diajak melangkah ke Mesjid seakan menjadi sangat ringan. Telinga yang tadinya abai akan ajakan shalat seolah menjadi sangat sensitif dan peka. Dahsyatnya bulan Ramadhan juga kemudian men- dorong kaum Muslimin untuk menda- tangi Mesjid untuk shalat tepat waktu dan berjamaah. Tidak peduli ia miskin atau kaya, buruh atau direktur, tua atau muda, semuanya tergerak untuk segera mendatangi Mesjid saat adzan berkumandang.

Sensitifitas terhadap panggilan shalat itu seharusnya terus ada dan berlaku sepanjang hayat. Karena Mesjid sejatinya tempat paling aman dan nyaman bagi seorang Muslim un- tuk taqorrub kepada Sang Pencipta saat susah ataupun senang.

6. Aktif dalam majelis ilmu.

Terakhir, kebiasaan di bulan Ramadhan yang harus dipertahankan di bulan yang lain adalah menghadiri majelis ilmu. Jika Umat Islam diumpa- makan seperti tanaman maka ilmu ada- lah pupuk dan air yang senantiasa dapat menghidupkan dan menumbuh- kembangkan tanaman tersebut. Mereka yang jauh dari ilmu hanya akan men- jadi tanaman yang layu bahkan mati. Di bulan Ramadhan semangat untuk thalabul ilmi deras nyaris tak ter- bendung. Hampir setiap tempat, Mesjid bahkan acara-acara di TV menyajikan pengajian dan tausiyah dengan intensitas yang tinggi.

Setidaknya enam hal tersebut merupakan kebaikan-kebaikan yang harusnya bisa dilaksanakan tidak han- ya di bulan Ramadhan, tapi juga di bu- lan yang lain. Setelah kebaikan- kebaikan tersebut kita 'tenun' selama bulan Ramadhan jangan lantas kita 'koyak' kembali dengan meninggal- kannya. Jangan seperti Raithah binti 'Amr! Wallahu a'lam bi ash-shawabQumedia

Referensi:
  • Al-Bukhari, I. (n.d.). Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. (Hadis tentang kedermawanan Rasulullah Saw. dan kisah burdah).

  • Al-Hilali, I. (n.d.). Ensiklopedia Wanita Al-Quran

  • Al-Mahalli, J., & As-Suyuthi, J. (n.d.). Tafsir Al-Jalalayn. (Penjelasan Surat An-Nahl ayat 92).

  • Departemen Agama Republik Indonesia. (n.d.). Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Surat An-Nahl ayat 92).

  • Ibnu Abbas. (n.d.). Riwayat tentang kedermawanan Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan.

  • Sahal bin Sa'ad Radhiyallahu 'Anhu. (n.d.). Riwayat tentang keteladanan Nabi Muhammad Saw. dalam bersedekah.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment