Palestina Bersumpah Setia pada Tanah Air di Forum PBB

Di forum PBB, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyampaikan pesan penting tentang komitmen rakyat Palestina pada tanah air mereka, meski di tengah tantangan yang berat. Pidato itu juga menjadi wadah kecaman atas situasi yang terjadi di Gaza.
Palestina, Rumah Abadi yang Tak Akan Ditinggalkan
Abbas dengan lantang menyatakan bahwa rakyat Palestina tak akan pernah meninggalkan tanah airnya. Di depan Majelis Umum PBB, Kamis (25/9/2025), Abbas menggambarkan Palestina sebagai rumah abadi, warisan yang akan terus dijaga dan diperjuangkan. Bukan sekadar kata-kata, penegasan ini mencerminkan keyakinan mendalam yang tertanam dalam diri setiap warga Palestina. "Fajar kebebasan akan muncul, dan bendera Palestina akan berkibar tinggi di langit kita sebagai simbol martabat, ketabahan dan bebas dari penjajahan," tegasnya, seperti dilansir Aljazeera.
Semangat Pantang Menyerah Rakyat Palestina
"Tidak peduli seberapa besar luka kita, dan tidak peduli berapa lama penderitaan ini berlangsung, hal itu tidak akan mematahkan keinginan kita untuk hidup dan bertahan hidup," ungkap Abbas, menyuarakan semangat pantang menyerah yang menjadi ciri khas rakyat Palestina. Kata-kata ini bukan hanya penghibur, melainkan cerminan dari ketahanan mental dan emosional mereka dalam menghadapi kesulitan yang tak terhitung jumlahnya.
Yerusalem, Ibu Kota Abadi Palestina
Abbas juga menegaskan kembali status Yerusalem sebagai ibu kota abadi Palestina. Pernyataan ini bukan hanya simbol, tetapi juga representasi aspirasi kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Palestina atas wilayah mereka. "Palestina adalah milik kita. Yerusalem adalah permata hati kami dan ibu kota abadi kami," ujarnya penuh keyakinan.
Akar yang Kuat, Harapan yang Tak Padam
Abbas mengibaratkan rakyat Palestina sebagai pohon zaitun yang akarnya tertanam kuat di tanah air. Pohon zaitun, dengan ketahanannya menghadapi kerasnya lingkungan, menjadi simbol kekuatan dan ketabahan rakyat Palestina. "Rakyat kami akan tetap berakar seperti pohon zaitun. Sekuat batu, kami akan bangkit dari bawah reruntuhan untuk membangun kembali dan mengirimkan pesan-pesan harapan dan suara kebenaran dan keadilan serta membangun jembatan perdamaian yang adil bagi masyarakat di wilayah kami dan seluruh dunia," imbuhnya.
Kecaman Keras atas Situasi di Gaza
Dalam pidatonya, Abbas tak hanya bicara soal komitmen pada tanah air, tetapi juga mengecam keras situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Gaza dalam Cengkeraman "Perang Genosida"
Abbas menggambarkan kondisi di Gaza dengan kata-kata yang kuat: "perang genosida, kehancuran, kelaparan dan pengusiran." Istilah "genosida" menunjukkan betapa seriusnya Abbas memandang situasi ini, seolah ada upaya sistematis untuk menghancurkan populasi Palestina.
Abbas menyebutkan bahwa hampir dua tahun rakyat Palestina di Gaza menghadapi situasi tersebut. Menurut datanya, "dilancarkan oleh pasukan pendudukan Israel yang telah membunuh dan melukai lebih dari 220.000 warga Palestina, yang mayoritas adalah anak-anak, wanita dan orang tua yang tidak bersenjata".
Kejahatan Perang dan Kemanusiaan
Abbas mengecam tindakan di Gaza sebagai "kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan." Dia meyakini bahwa tindakan ini didokumentasikan dengan baik dan akan menjadi catatan kelam dalam sejarah. "Apa yang dilakukan Israel bukan sekadar agresi," tegasnya.
Para analis menilai, penggunaan istilah "kejahatan perang" dan "kejahatan terhadap kemanusiaan" bisa menjadi sinyal bahwa Abbas ingin membawa isu ini ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Hal ini berpotensi membuka jalan bagi penyelidikan dan penuntutan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia.
Pidato Abbas di PBB ini menjadi seruan bagi dunia internasional untuk bertindak nyata, mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, dan mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan.