Operasi Gaza Dimulai, Israel Ulurkan Tangan ke Hamas untuk Bebaskan Sandera?

Operasi militer untuk merebut Kota Gaza resmi dimulai, seiring dengan upaya intensif untuk membebaskan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan persetujuannya atas rencana militer tersebut. Keputusan ini diambil di tengah tekanan publik dan internasional yang meningkat untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir.
Latar Belakang Operasi Gaza
Keputusan untuk melancarkan operasi di Gaza merupakan puncak dari pertimbangan panjang. Serangan mendadak Hamas pada Oktober 2023 lalu menjadi pemicu konflik berkepanjangan yang menelan banyak korban jiwa di kedua belah pihak. Ratusan warga Israel disandera dalam serangan itu, dan sebagian besar masih dalam tahanan Hamas. Pemerintah Israel berulang kali menegaskan tekadnya untuk membebaskan sandera dan menghancurkan kemampuan militer Hamas untuk mencegah serangan serupa di masa depan. Menurut pernyataan resmi pemerintah, operasi ini bertujuan untuk mencapai kedua target tersebut. "Kami tidak akan berhenti sampai semua sandera kembali ke rumah dan keamanan warga Israel terjamin," tegas Netanyahu.
Perintah Netanyahu untuk Negosiasi Pembebasan Sandera
Bersamaan dengan operasi militer, Perdana Menteri Netanyahu memerintahkan dimulainya negosiasi intensif untuk membebaskan sandera Israel yang ditahan Hamas. Langkah ini menunjukkan pendekatan ganda pemerintah Israel: menekan Hamas dengan kekuatan militer, namun tetap membuka jalur diplomasi. "Pada saat yang sama dengan operasi militer, saya telah menginstruksikan untuk segera memulai negosiasi untuk pembebasan semua sandera kita dan mengakhiri perang dalam kondisi yang dapat diterima oleh Israel," kata Netanyahu. Pemerintah berharap tekanan militer akan membuat Hamas lebih fleksibel dalam negosiasi dan bersedia membebaskan sandera tanpa syarat.
Pengerahan Tentara Cadangan Israel
Sebagai persiapan operasi di Gaza, Kementerian Pertahanan Israel mengerahkan sekitar 60.000 tentara cadangan. Jumlah ini menunjukkan skala dan kompleksitas operasi yang direncanakan. Tentara cadangan akan bergabung dengan pasukan reguler Israel yang sudah berada di lapangan untuk merebut benteng pertahanan terakhir Hamas di Kota Gaza. Pengerahan ini juga bertujuan untuk memperkuat pasukan yang terlibat dalam operasi pencarian dan penyelamatan sandera. "Saya sangat menghargai komitmen tentara cadangan, dan tentu saja tentara reguler, untuk misi vital ini," kata Netanyahu. "Mengalahkan Hamas dan membebaskan semua sandera berjalan beriringan."
Perundingan Tidak Langsung Israel-Hamas
Israel dan Hamas dilaporkan telah melakukan perundingan tidak langsung selama hampir dua tahun sebelum konflik ini. Perundingan yang dimediasi oleh negara regional dan internasional ini sempat menghasilkan beberapa gencatan senjata singkat, di mana sejumlah sandera Israel dibebaskan dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina. Namun, perundingan seringkali terhenti karena perbedaan posisi yang signifikan. Israel bersikeras Hamas harus meletakkan senjata dan mengakui hak Israel untuk eksis, sementara Hamas menuntut diakhirinya blokade Gaza dan pembebasan semua tahanan Palestina di penjara Israel. Diharapkan, perundingan saat ini dapat mencapai kesepakatan komprehensif dan berkelanjutan yang mengakhiri konflik dan menjamin keamanan bagi kedua belah pihak.
Status Sandera Israel di Gaza
Dari 251 orang yang disandera selama serangan Hamas pada Oktober 2023 di Israel Selatan, yang memicu perang, 49 orang masih berada di Gaza. Militer Israel menyebutkan, 27 di antaranya telah tewas. Jumlah ini menjadi sumber keprihatinan mendalam bagi pemerintah dan rakyat Israel. Keluarga sandera telah mengadakan demonstrasi dan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran dan mendesak pemerintah untuk melakukan segala yang mungkin untuk membebaskan mereka. "Kami tidak akan menyerah sampai semua sandera kembali ke rumah," kata juru bicara keluarga sandera. Pemerintah Israel berjanji untuk terus berupaya membebaskan sandera, baik melalui operasi militer maupun negosiasi.
Sementara operasi militer berlanjut, prospek perdamaian dan stabilitas di Gaza masih belum pasti. Namun, upaya diplomatik yang sedang berlangsung dan komitmen untuk membebaskan sandera memberikan harapan bahwa solusi berkelanjutan dapat ditemukan untuk mengakhiri konflik dan membawa keamanan bagi kedua belah pihak. Dunia internasional terus memantau situasi ini dengan seksama, dan banyak negara menawarkan bantuan untuk memfasilitasi perundingan dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak konflik. Masa depan Gaza bergantung pada kemampuan para pemimpin di kedua belah pihak untuk menemukan titik temu dan bekerja sama mencapai perdamaian yang adil dan langgeng.