Kehancuran Situs Keagamaan Bersejarah di Gaza

Qumedia - Gaza, sebuah wilayah dengan sejarah panjang dan kaya akan warisan budaya, kini menghadapi ancaman serius terhadap situs-situs keagamaan bersejarahnya. Sejak dimulainya serangan balasan oleh Israel pada 7 Oktober 2023, ratusan masjid dan situs keagamaan lainnya telah hancur atau mengalami kerusakan parah.
Kehancuran ini tidak hanya merusak bangunan fisik, tetapi juga mengancam identitas budaya dan spiritual masyarakat Palestina.
Menurut laporan dari Kementerian Agama di Gaza, hingga Februari 2025, Israel telah menghancurkan 79% masjid di Jalur Gaza selama perang yang berlangsung.
Dari 1.245 masjid yang ada, 814 telah diratakan dengan tanah, sementara 148 lainnya mengalami kerusakan berat. Selain itu, tiga gereja juga dihancurkan, dan 19 dari 60 pemakaman menjadi target serangan.
Masjid Agung Gaza (Masjid Agung Omari)
Salah satu situs yang paling terkena dampak adalah Masjid Agung Gaza, juga dikenal sebagai Masjid Agung Omari. Masjid ini merupakan tempat ibadah tertua dan terbesar di Gaza, dengan sejarah yang membentang sejak era Bizantium.
Awalnya, di lokasi ini berdiri sebuah gereja Kristen pada era Bizantium, yang kemudian diubah menjadi masjid setelah penaklukan Muslim di Gaza.
Nama "Omari" merujuk pada Khalifah Umar bin Khaththab, pemimpin umat Islam pada abad ke-7. Kini, masjid bersejarah ini telah hancur akibat serangan udara.
Masjid Othman bin Qashqar
Masjid lain yang mengalami nasib serupa adalah Masjid Othman bin Qashqar, yang dibangun pada tahun 1220 Masehi.
Terletak di kawasan al-Zaytoun, dekat dengan Masjid Agung Omari, masjid ini merupakan salah satu situs arkeologi tertua di Jalur Gaza. Pada Desember 2023, masjid ini hancur akibat serangan bom.
Gereja Santo Porphyrius
Tidak hanya masjid, gereja-gereja bersejarah di Gaza juga menjadi target serangan. Gereja Santo Porphyrius, yang dibangun pada abad ke-5 Masehi, mengalami kerusakan parah akibat serangan udara pada Oktober 2023.
Gereja ini adalah salah satu bangunan bersejarah yang menjadi simbol keberagaman dan toleransi di Gaza.
Museum dan Situs Arkeologi
Selain tempat ibadah, museum dan situs arkeologi di Gaza juga tidak luput dari kehancuran. Museum Rafah, Museum Al Qarara, dan Museum Mathaf adalah beberapa di antara 13 situs warisan yang hancur akibat serangan udara pada Oktober 2023.
Kehancuran ini mengakibatkan hilangnya artefak berharga yang menjadi saksi bisu sejarah panjang wilayah tersebut.
Kehancuran situs-situs keagamaan dan budaya ini memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat Gaza. Selain kehilangan tempat ibadah dan pusat komunitas, masyarakat juga kehilangan bagian penting dari identitas budaya dan sejarah mereka. Kehancuran ini juga menghambat upaya pelestarian sejarah dan pendidikan bagi generasi mendatang.
Kementerian Agama di Gaza telah mengutuk serangan terhadap situs keagamaan dan mendesak masyarakat internasional, termasuk pemerintah dunia dan organisasi Islam, untuk segera melakukan intervensi guna mengakhiri "perang pemusnahan yang sedang berlanjut".
Namun, hingga kini, respons internasional masih terbatas, dan upaya untuk melindungi warisan budaya Gaza menghadapi tantangan besar.
Meskipun menghadapi ancaman dan tantangan besar, upaya untuk melestarikan warisan budaya Gaza terus dilakukan. Organisasi lokal dan internasional bekerja sama untuk mendokumentasikan dan, sejauh mungkin, memulihkan situs-situs yang rusak.
Namun, situasi keamanan yang tidak stabil dan keterbatasan sumber daya menjadi hambatan signifikan dalam upaya ini.
Kehancuran situs keagamaan bersejarah di Gaza merupakan tragedi budaya yang mendalam. Selain kerugian fisik, kehancuran ini mengancam identitas dan warisan budaya masyarakat Palestina.
Diperlukan upaya bersama dari komunitas internasional untuk melindungi dan melestarikan situs-situs bersejarah ini, guna memastikan bahwa warisan budaya yang berharga ini tidak hilang selamanya. Qumedia