TERBARU

Penembakan di Pantai Bondi Australia Mengguncang Dunia, Ini Kecaman Keras dari Mana-Mana

Penembakan di Pantai Bondi Australia Mengguncang Dunia, Ini Kecaman Keras dari Mana-Mana


Duka mendalam dan kemarahan universal menyelimuti dunia menyusul penembakan massal brutal di Pantai Bondi, Sydney, Australia. Peristiwa tragis yang merenggut banyak nyawa dan melukai puluhan lainnya ini sontak memicu gelombang kecaman keras dari berbagai negara serta pemimpin global. Keprihatinan internasional kian menyoroti urgensi memerangi kekerasan semacam ini, apalagi insiden memilukan itu terjadi di tengah perayaan festival keagamaan, menambah lapisan kompleksitas dan sensitivitas pada tragedi yang terjadi.

Detail Penembakan Massal di Pantai Bondi

Kronologi Kejadian dan Jumlah Korban

Momen mengerikan itu terjadi pada Minggu malam, 14 Desember 2025. Kerumunan warga yang baru akan memulai perayaan Hanukkah di Pantai Bondi, Sydney, tiba-tiba menjadi sasaran penembakan brutal. Dua pelaku, seorang ayah dan anaknya, melepaskan tembakan secara membabi-buta ke arah massa, mengubah suasana sukacita menjadi kepanikan dan horor yang tak terlukiskan.

Laporan terbaru mengonfirmasi, tragedi ini menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Otoritas Kesehatan New South Wales, merujuk sumber lokal, menyatakan 27 korban luka masih harus menjalani perawatan intensif di sejumlah rumah sakit di Sydney. Jumlah korban tewas ini sempat dilaporkan lebih rendah di awal kejadian, namun terus bertambah seiring proses penanganan dan identifikasi yang berkelanjutan.

Identitas dan Nasib Pelaku

Tak butuh waktu lama, Kepolisian Australia berhasil mengidentifikasi kedua pelaku. Mereka adalah Sajid Akram (50) dan putranya, Naveed Akram (24). Meskipun demikian, polisi meyakini kedua individu ini tidak memiliki hubungan dengan kelompok teroris global, dan motif pasti di balik aksi keji ini masih dalam tahap penyelidikan mendalam.

Dalam baku tembak yang terjadi, Sajid Akram tewas di lokasi setelah ditembak oleh petugas yang tiba sigap. Sementara itu, Naveed Akram berhasil dilumpuhkan dan kini berada dalam kondisi kritis, dirawat di rumah sakit dengan penjagaan ketat. Sebuah fakta mengejutkan, polisi mengonfirmasi Sajid Akram ternyata memiliki izin kepemilikan untuk enam pucuk senjata api yang diduga kuat digunakan dalam serangan tersebut, memicu perdebatan serius terkait regulasi senjata di negara itu.

Gelombang Kecaman Keras dari Berbagai Negara

Tragedi Pantai Bondi sontak menyita perhatian dunia, memantik rentetan kecaman keras dari penjuru negara dan para pemimpin internasional. Gelombang resonansi global ini menjadi cerminan keprihatinan mendalam atas aksi kekerasan tanpa alasan, terutama saat menyasar warga sipil yang tak berdosa.

Respons Pemerintah Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia tampil sebagai salah satu yang terdepan dalam menyuarakan kecaman. Pada Selasa, 15 Desember 2025, melalui akun X resminya, Kementerian Luar Negeri RI dengan tegas menyatakan sikap: "Pemerintah Republik Indonesia mengutuk keras aksi kekerasan yang terjadi di Pantai Bondi, Sydney, pada 14 Desember 2025, yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka."

Tak hanya itu, Kemlu RI juga menyampaikan belasungkawa mendalam, "Ungkapan belasungkawa kami yang mendalam kepada keluarga dan sahabat para korban, serta turut mendoakan para korban yang mengalami luka-luka. Indonesia menyampaikan rasa solidaritas kepada Pemerintah dan rakyat Australia di masa yang sulit ini," menunjukkan keprihatinan dan solidaritas kemanusiaan.

Pernyataan Arab Saudi: Mengutuk Terorisme

Di sisi lain dunia, dari Timur Tengah, Pemerintah Arab Saudi juga tak tinggal diam. Mereka mengecam keras serangan maut di Pantai Bondi, bahkan tak ragu melabeli insiden itu sebagai 'serangan teroris'. Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam pernyataan yang dirilis Senin, 15 Desember 2025, menegaskan komitmennya: "Kerajaan menegaskan pendiriannya terhadap semua bentuk kekerasan, terorisme, dan ekstremisme." Bersamaan dengan itu, belasungkawa tulus turut disampaikan kepada keluarga para korban dan pemerintah Australia, diiringi doa bagi kesembuhan mereka yang terluka.

Donald Trump Sebut Serangan Anti-Semit

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tak ketinggalan menyuarakan kecaman atas penembakan massal di Bondi. Saat perayaan Natal di Gedung Putih pada Senin, 15 Desember, Trump secara gamblang menyebut tragedi tersebut sebagai 'serangan anti-Semit murni'. "Itu adalah serangan yang mengerikan, 11 orang tewas, 29 orang terluka parah. Dan itu jelas merupakan serangan anti-Semit," kata Trump, merujuk pada data awal jumlah korban. Pernyataan ini menyoroti dugaan kuat adanya motif kebencian terhadap komunitas tertentu di balik insiden itu, mengingat penembakan terjadi saat perayaan Hanukkah.

PM Israel Benjamin Netanyahu Salahkan Kebijakan PM Australia

Namun, di tengah gelombang simpati global, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru melontarkan pernyataan kontroversial. Pada Senin, 15 Desember, ia secara terang-terangan menyalahkan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menuduhnya 'mengobarkan api antisemitisme' lantaran mengakui negara Palestina. Kritik Netanyahu terhadap Albanese bukanlah hal baru; sebelumnya, ia pernah menyebut Albanese sebagai pemimpin yang lemah setelah Australia secara resmi mengakui negara Palestina pada September lalu.

Dalam sebuah pidato yang berapi-api, sebagaimana dilaporkan berbagai media, Netanyahu berujar, "Antisemitisme adalah kanker dan menyebar ketika para pemimpin tetap diam." Ia lantas mendesak, "Saya menyerukan kepada Anda untuk mengganti kelemahan dengan tindakan, sikap lunak dengan determinasi. Sebaliknya, Perdana Menteri, Anda mengganti kelemahan dengan kelemahan dan sikap lunak dengan lebih banyak sikap lunak." Pernyataan ini jelas merujuk pada pengakuan Australia terhadap Palestina dalam rangkaian Sidang Umum PBB September lalu, setelah Albanese mengumumkan rencana itu pada 11 Agustus. Netanyahu juga menyinggung surat yang pernah ia kirim kepada Albanese waktu itu, yang isinya berbunyi: "Seruan Anda untuk negara Palestina justru menyulut api antisemitisme. Itu memberikan hadiah kepada teroris Hamas. Itu memberikan keberanian kepada mereka yang mengancam orang Yahudi Australia dan mendorong kebencian terhadap Yahudi yang kini berkeliaran di jalanan Anda." Pernyataan Netanyahu ini memicu perdebatan sengit tentang korelasi antara kebijakan luar negeri sebuah negara dengan insiden kekerasan domestik yang berpotensi dilandasi motif kebencian.

Kecaman dari Iran

Meski kerap berada di sisi yang berseberangan dengan dunia Barat, Pemerintah Iran pun tak ketinggalan mengecam keras penembakan massal di Pantai Bondi. Pada Senin, 15 Desember, Teheran menyebut insiden yang menargetkan acara perayaan Yahudi itu sebagai 'serangan kekerasan'. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, melalui akun media sosial X, menyampaikan pesan lugas: "Kami mengutuk serangan kekerasan di Sydney, Australia." Ia lebih lanjut menegaskan prinsip universal Iran, "Teror dan pembunuhan manusia, di mana pun itu dilakukan, ditolak dan dikutuk." Kecaman dari Iran ini menunjukkan bahwa solidaritas menentang kekerasan dapat melampaui sekat-sekat perbedaan politik.

Tragedi berdarah di Pantai Bondi jelas meninggalkan luka yang menganga bagi Australia dan seluruh masyarakat internasional. Saat penyelidikan terus digencarkan guna mengungkap motif sejati dan menegakkan keadilan bagi para korban, gelombang kecaman global ini menjadi pengingat pedih akan urgensi upaya kolektif untuk memerangi segala bentuk kekerasan dan bibit-bibit kebencian.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment