Benarkah Israel Serius Soal Perdamaian di Gaza? Iran Ungkap Keraguannya

Teheran, Iran – Iran menyampaikan keraguan mendalam terkait keseriusan Israel dalam mematuhi gencatan senjata yang baru saja disepakati di Gaza. Kekhawatiran ini muncul di tengah upaya internasional untuk memastikan stabilitas di wilayah tersebut pasca konflik.
Kecurigaan Iran Terhadap Komitmen Israel
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, secara terbuka mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap komitmen Israel untuk menjaga perdamaian. "Kami memperingatkan tentang tipu muslihat dan pengkhianatan rezim Zionis terkait perjanjian-perjanjian sebelumnya. Sama sekali tidak ada kepercayaan terhadap rezim Zionis," tegas Araghchi pada Minggu (12/10/2025), mengacu pada catatan pelanggaran perjanjian sebelumnya oleh Israel, termasuk di Lebanon. Pernyataan ini mencerminkan skeptisisme Iran terhadap niat baik Israel dalam mewujudkan perdamaian abadi.
Sementara itu, komunitas internasional terus berupaya menengahi dan memastikan keberlangsungan gencatan senjata. Upaya diplomatik intensif terus dilakukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.
Dukungan Iran dengan Catatan
Meskipun ragu terhadap Israel, Iran menegaskan kembali dukungannya terhadap gencatan senjata sebagai langkah awal. "Setiap rencana yang bertujuan untuk menghentikan kejahatan ini selalu kami dukung," ujar Araghchi, mengisyaratkan dukungan Teheran terhadap inisiatif yang dapat mengakhiri kekerasan dan membawa stabilitas.
Namun, dukungan ini datang dengan peringatan. Iran tampaknya ingin memastikan bahwa gencatan senjata ini lebih dari sekadar jeda singkat, melainkan fondasi yang kuat untuk membangun perdamaian berkelanjutan.
Posisi Resmi Kementerian Luar Negeri Iran
Kementerian Luar Negeri Iran mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali dukungan negara tersebut terhadap inisiatif perdamaian komprehensif. "Republik Islam tersebut selalu mendukung setiap tindakan dan inisiatif yang mencakup penghentian perang genosida, penarikan pasukan pendudukan, pengiriman bantuan kemanusiaan, pembebasan tahanan Palestina, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat Palestina," bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan ini menggarisbawahi serangkaian tuntutan Iran sebagai prasyarat untuk perdamaian yang langgeng, yaitu solusi komprehensif yang mengatasi akar penyebab konflik dan menjamin hak-hak rakyat Palestina.
Latar Belakang Ketegangan Iran-Israel
Hubungan Iran dan Israel telah lama tegang, ditandai oleh persaingan ideologis dan geopolitik. Puncak ketegangan terjadi pada Juni lalu ketika Israel melancarkan serangan terhadap instalasi nuklir dan militer Iran, memicu konflik selama 12 hari yang memperburuk hubungan kedua negara.
Menurut analis, serangan itu merupakan upaya Israel untuk menghambat program nuklir Iran dan mencegah negara tersebut memperoleh kemampuan senjata nuklir. Iran menuduh Israel melakukan agresi dan melanggar hukum internasional.
Kunjungan Donald Trump ke Timur Tengah
Rencana Kunjungan ke Israel dan Mesir
Di tengah upaya meredakan ketegangan, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan mengunjungi Israel dan Mesir setelah gencatan senjata Gaza disepakati. Kunjungan ini dilihat sebagai upaya untuk menunjukkan dukungan AS terhadap upaya perdamaian dan memastikan kepatuhan semua pihak terhadap ketentuan gencatan senjata.
Kunjungan Trump juga diharapkan dapat memberikan momentum baru bagi pembicaraan damai antara Israel dan Palestina. AS, sebagai mediator utama, berharap dapat memainkan peran konstruktif dalam mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan.
Agenda Kunjungan
Selama kunjungannya, Trump dijadwalkan berpidato di parlemen Israel, Knesset, di mana ia diharapkan menyampaikan pesan dukungan terhadap Israel dan menyerukan perdamaian di wilayah tersebut. Ia juga dijadwalkan menghadiri seremoni penandatanganan perjanjian gencatan senjata di Mesir, yang bertujuan memperkuat komitmen semua pihak.
Selain itu, Trump dijadwalkan memberikan medali kebebasan anumerta kepada mendiang Charlie Kirk, aktivis konservatif AS. Istri Kirk, Erika, akan menerima penghargaan tersebut dalam sebuah upacara di Washington DC setelah Trump kembali dari Timur Tengah pada Selasa (14/10/2025) malam. Penghargaan ini, menurut pengamat, merupakan simbol penghormatan terhadap perjuangan Kirk dan dukungan terhadap nilai-nilai konservatif.