TERBARU

Gaza Memanas, UEA Kirim Pesan Tegas, Israel Siapkan 'Senjata' untuk Houthi?

Gaza Memanas, UEA Kirim Pesan Tegas, Israel Siapkan 'Senjata' untuk Houthi?


Ketegangan di Gaza meningkat tajam, memicu kecaman internasional dan peringatan keras dari Uni Emirat Arab (UEA). Di tengah serangan udara Israel yang intensif di Jalur Gaza, yang hingga Rabu (3/4/2024) dilaporkan menewaskan sedikitnya 31 orang menurut keterangan rumah sakit setempat, muncul kekhawatiran mendalam tentang krisis kemanusiaan yang semakin parah.

Peringatan Keras dari UEA

UEA, negara yang turut menandatangani Abraham Accords yang dimediasi Amerika Serikat pada 2020, secara terbuka menyampaikan kekhawatiran mereka. Anwar Gargash, seorang diplomat senior UEA, melalui platform X menegaskan bahwa "aneksasi adalah garis merah." Komentar ini merujuk pada pernyataan Lana Nusseibeh, diplomat UEA lainnya, yang memperingatkan bahwa aneksasi akan merusak Abraham Accords, mengakhiri upaya integrasi regional, dan menghancurkan harapan solusi dua negara. Peringatan ini menjadi penting mengingat UEA adalah salah satu negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel berkat perjanjian tersebut.

Ambisi Aneksasi Israel di Tepi Barat

Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam perang tahun 1967. Palestina mengklaim wilayah-wilayah ini sebagai bagian dari negara masa depan mereka. Namun, pemerintah Israel saat ini menentang pembentukan negara Palestina dan mendukung aneksasi sebagian besar Tepi Barat. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, bahkan menunjukkan peta yang menggambarkan rencana aneksasi wilayah Tepi Barat, yang menurut laporan media lokal, hanya menyisakan enam kota Palestina dengan otonomi terbatas. Belum ada konfirmasi apakah rencana ini didukung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pengungsian Warga Palestina Berlanjut

Serangan Israel di Kota Gaza telah merenggut nyawa setidaknya 15 orang, termasuk dua anak-anak dan empat perempuan. Data ini dikumpulkan dari Rumah Sakit Shifa dan Al-Quds. Rumah Sakit Nasser melaporkan tambahan 16 kematian di Gaza selatan, termasuk 10 orang yang sedang mencari bantuan kemanusiaan. Militer Israel mengklaim hanya menargetkan militan dan berupaya menghindari korban sipil, menyalahkan Hamas karena beroperasi di area padat penduduk. Namun, banyak keluarga dilaporkan terjebak karena biaya pindah yang tinggi, kendala logistik, dan kurangnya tempat tujuan. Laporan dari Site Management Cluster menyebutkan bahwa warga Palestina enggan berpindah karena takut tidak bisa kembali atau kelelahan akibat pengungsian berulang.

Perang dan Kelaparan: Krisis Ganda di Gaza

Warga Palestina dan pekerja bantuan kemanusiaan melaporkan bahwa pertempuran dan kelaparan memperburuk kondisi keluarga-keluarga di Kota Gaza, banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali selama hampir dua tahun perang. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lima orang dewasa dan satu anak meninggal akibat kekurangan gizi dalam 24 jam terakhir, sehingga total kematian akibat kelaparan mencapai 367 orang, termasuk 131 anak-anak, sepanjang konflik. Para ahli menyalahkan operasi militer Israel dan blokade sebagai penyebab utama krisis kelaparan. Kementerian itu juga melaporkan total 63.633 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak awal perang. Angka ini, menurut lembaga-lembaga PBB dan ahli independen, merupakan perkiraan paling dapat diandalkan atas korban perang.

Israel Gerebek Toko Buku Palestina di Yerusalem

Polisi Israel menangkap Tony Sabella, pemilik sebuah kafe dan toko buku Palestina di Yerusalem Timur, dengan alasan yang belum jelas. Pengacaranya, Nasser Odeh, menyebut penangkapan ini sebagai bagian dari "upaya sistematis untuk membungkam produksi intelektual di kota ini." Polisi menyita lima buku dari toko tersebut.

Klaim Israel: Hamas Rencanakan Pembunuhan Menteri Kabinet

Badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, mengklaim telah menangkap sel Hamas di Tepi Barat yang dicurigai merencanakan pembunuhan terhadap Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir. Menurut Shin Bet, para tersangka memiliki drone yang direncanakan untuk dipasangi bahan peledak. Namun, detail lebih lanjut mengenai jumlah orang yang ditangkap dan sejauh mana rencana tersebut telah berjalan belum diungkapkan.

Ancaman Israel terhadap Houthi: "10 Tulah Mesir"

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan menimpakan "10 Tulah Mesir" kepada kelompok Houthi di Yaman setelah kelompok tersebut meningkatkan serangan rudal terhadap Israel. "Houthi kembali menembakkan rudal ke Israel... kami akan menyempurnakan semua 10 tulah," tulis Katz di platform X. Ancaman ini merujuk pada kisah dalam Alkitab tentang 10 bencana yang menimpa Mesir untuk memaksa Firaun membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Militer Israel melaporkan sebuah rudal dari Yaman mendarat di luar wilayah Israel, sehari setelah dua rudal Houthi berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel. Kelompok Houthi yang didukung Iran telah bersumpah akan meningkatkan serangan terhadap Israel setelah pemimpin mereka dan sejumlah pejabat senior lainnya tewas dalam serangan udara Israel.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment