Allah lebih dekat dari Urat Leher
![]() |
Allah lebih dekat dari Urat Leher |
Qumedia - Agama Islam mengharamkan manusia memikirkan bentuk rupa Allah, karena Allah itu wa lam yakun lahuu kuffuwan Ahad, tidak ada sesuatupun yang sebaya, setara, dan sama dengan Dia. (Q.s. Al Ikhlash [112] : 4), ayat lain mengatakan laisa kamitslihi syai’un (Q.s. As Syura [42] : 11) tidak ada yang seperti Dia, sesuatupun!.
Menggambarkan bentuk Allah dengan apa yang ada dalam bayangan pikiran manusia berarti menyerupakan Allah dengan sesuatu yang terindra padahal tidak ada sesuatupun yang dapat diserupakan denganNya, maha suci Allah dari segala kekurangan.
Maka jika lantaran ayat Al Quran ananda malah menerka-nerka bentuk Allah, segeralah berlindung kepada Allah dan jangan diteruskan karena itu adalah godaan setan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ: هَذَا خَلَقَ اللهُ الْخَلْقَ، فَمَنْ خَلَقَ اللهَ؟ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا، فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ "
DariAbu Hurairahdia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Manusia senantiasa bertanya-tanya hingga ditanyakan, 'Ini, Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah', maka barangsiapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah dia berkata: 'Aku beriman kepada Allah(Hr. Muslim, Shahih Muslim no. 212)
Adapun maksud ayat yang ananda tanyakan (Qs. Qaf [5] : 16) tidak sedang menerangkan bentuk Allah. Ayat tersebut sedang menerangkan Allah sebagai Al ‘Alim dan Al Khabiir (yang maha mengetahui dan teliti) tidak ada satu perkarapun yang tersembunyi, dia maha mengetahui hingga perkara bisikan hati yang amat tersembunyi pun Allah tahu detailnya, hingga diibaratkan pengetahuannya itu lebih dekat kepada manusia dari pada urat lehernya.
Qarinah (indikator) yang memberi petunjuk bahwa maksud dari ayat ini bukan sedang menerangkan jarak keberadaan Allah secara dzat dengan makhluk adalah ungkapan di awal ayat tersebut : “wa Laqad Khaalaqnal Insaana wana’lamu ma tuwaswisu bihi nafsuh” (sungguh kami telah menciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang jiwanya bisikkan).
Dapat dipahami bahwa tidak mungkin memahami ayat ini menerangkan jarak keberadaan Allah secara dzat dengan makhluknya, karena jika demikian Allah itu dipahami menjadi dzat yang banyak dan bergantung dengan jumlah manusia yang ada, padahal Allah itu maha Tunggal, tauhid, Qul huwallahu ahad!
Dalam bahasa sehari-hari kita sering manemukan bahasa yang diungkapkan dengan maksud tertentu yang berbeda dengan makna lahirnya, seperti ungkapan : "Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak"
Ungkapan ini tidak bisa dimaknai secara makna sebenarnya karena tidak mungkin dan rancu. Namun maksudnya antara lain : 1) Kita cenderung lebih peduli dengan kesalahan kecil orang lain, bahkan yang jauh dari kita, daripada kesalahan besar yang kita lakukan sendiri, 2) bisa juga dipahami : Kesalahan besar yang kita lakukan mungkin tidak terlihat jelas bagi diri kita sendiri, sementara kesalahan kecil orang lain tampak sangat jelas.
Musthafa Al Maraghi Menjelaskan :
إنه تعالى قادر على بعث الإنسان، لأنه خالقه وعالم بجميع أموره حتى إنه ليعلم ما توسوس به نفسه من الخير والشر... ونحن أعلم به وبخفيات أحواله لا يخفى علينا شىء من أمره، من علمكم بحبل الوريد، لأن العرق تحجبه أجزاء من اللحم، وعلم الله لا يحجب عنه شىء.
Sesungguhnya Dia (Allah) yang maha tinggi maha kuasa untuk membangkitkan manusia, karena Dialah penciptanya dan maha mengetahui semua urusan-urusannya, sampai ia benar-benar mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya -yang baik dan yang buruk-… Dan kami lebih mengetahui kepadanya, dan mengetahui segala keadaanya yang tersembunyi -tidak tersembunyi atas kami sedikitpun dari urusannya itu- daripada pengetahuan kalian dengan urat leher, karena keringat itu dihalangi oleh beberapa lapisan daging, sedangkan ilmu Allah tidak terhalang oleh sesuatupun. (Tafsir Al Marogi : XXVI/159)
Catatan : Perhatian manusia kepada ayat-ayat yang samar maknanya (mutasyabihat), sehingga mengarahkan pada sesat pikir dan keyakinan bukan pada amal shaleh muncul dari hati yang dipengaruhi oleh zaigun, yaitu kecenderungan kepada kesesatan. Hal ini terjadi lantaran orang banyak ditemani oleh setan, yang Allah datangkan lantaran manusia biasa lalai dari Al Quran tidak mementingkannya, dan tidak mengamalkannya, Firman Allah :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Qs. Az Zukhruf [43] : 36(
Oleh karena itu kami menyarankan kepada Ananda agar lebih sering membaca al Quran dan menghadiri majlis ilmu, serta berusaha mengamalkannya dan menjauhi perkara haram dari makanan, perkataan dan perbuatan supaya Allah memudahkan Ananda untuk istiqamah mempelajari dan mengamalkannya. Wallahu A’lam Qumedia