Nestapa Gaza, Air Mata di Balik Tenda yang Terendam
Gaza Didera Banjir, Pengungsi Kehilangan Tempat Berlindung
Kabar duka kembali datang dari Gaza, Palestina. Belum lama merasakan sedikit kelegaan usai gencatan senjata, warga kini harus menghadapi bencana banjir yang melanda tempat pengungsian mereka.
Hujan deras yang mengguyur Gaza sejak Jumat (14/11/2025) telah menyebabkan banjir di berbagai wilayah, termasuk area pengungsian. Banyak pengungsi terbangun mendapati air sudah menggenangi tempat tinggal sementara mereka.
Bantuan Terbatas di Tengah Banjir
Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, mengungkapkan keprihatinannya atas keterbatasan sumber daya yang ada. "Ratusan permohonan bantuan telah kami terima, namun sumber daya kami sangat terbatas," ujarnya pada Minggu (16/11/2025).
Ia menambahkan, kasur dan selimut pengungsi basah kuyup dan tak ada lagi yang tersisa. "Semua pilihan telah dihancurkan oleh konflik sebelumnya," katanya, menggambarkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi para pengungsi. "Seluruh pusat penampungan menyaksikan ketinggian air naik hingga lebih dari 10 sentimeter.
Tenda Pengungsian Roboh Diterjang Hujan
Menurut laporan warga Palestina yang mengungsi di Kota Gaza, tenda-tenda pengungsian yang sudah usang semakin memperburuk keadaan. Beberapa di antaranya bahkan roboh akibat terjangan hujan deras.
Raed Al-Alayan, seorang pengungsi, mengungkapkan kepedihannya, "Kami dan anak-anak kecil kami kebanjiran karena hujan. Tenda kami kebanjiran. Tidak ada atap yang melindungi kami dari hujan."
Seorang ibu yang mengungsi bersama 20 anaknya, termasuk bayi yang baru lahir, mengajak awak media melihat kondisi tenda keluarganya yang basah kuyup. Dengan nada putus asa ia bertanya, "Kita harus ke mana? Putraku yang terbunuh membangun tenda-tenda ini untuk kita. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan ratusan tenda dan tempat penampungan sementara terendam banjir. Gaza juga kekurangan peralatan yang dibutuhkan untuk pencegahan banjir yang memadai, seperti peralatan untuk menguras air dari tenda dan membersihkan sampah padat serta puing-puing.
Jeritan Pilu Warga Gaza di Tengah Banjir
Di tengah keterbatasan sumber daya, warga Gaza berupaya mengatasi dampak banjir dengan segala cara. Beberapa warga terlihat menggali parit di sekitar tenda mereka, berharap dapat mengalihkan air. Yang lain mencari perlindungan di bangunan-bangunan yang hancur, meski berisiko runtuh.
"Saya menangis sejak pagi," ujar seorang ibu dua anak yang mengungsi, sambil menunjuk ke tenda keluarganya yang terendam banjir. Wanita yang tak ingin disebutkan namanya itu mengaku kesulitan menafkahi anak-anaknya setelah kehilangan beberapa anggota keluarga, termasuk suaminya, dalam konflik sebelumnya.
"Saya meminta bantuan untuk mendapatkan tenda, kasur, dan selimut yang layak. Saya ingin anak-anak saya memiliki pakaian yang layak," tuturnya lirih. "Saya tidak punya siapa pun untuk dimintai tolong... Tidak ada yang bisa membantu saya."
Bantuan Terhambat, Musim Dingin Mengancam
Kelompok kemanusiaan terus mendesak Israel untuk mencabut semua pembatasan bantuan ke Jalur Gaza. Namun, pemerintah Israel masih mempertahankan pembatasan ketat, meskipun kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas telah dicapai sejak 10 Oktober lalu.
Akibat pembatasan ini, sekitar 260.000 keluarga Palestina di Gaza berada dalam kondisi rentan menjelang musim dingin. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan memiliki cukup pasokan tempat tinggal untuk membantu sebanyak 1,3 juta warga Palestina. Namun, UNRWA tidak dapat mengirimkan bantuan ke Gaza akibat pembatasan yang diberlakukan Israel.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menekankan bahwa pengiriman bantuan menjadi lebih penting dari sebelumnya, karena musim dingin ini bertepatan dengan krisis pengungsian di Gaza. "Dingin dan basah di Gaza. Para pengungsi kini menghadapi musim dingin yang keras tanpa kebutuhan dasar untuk melindungi mereka dari hujan dan dingin," tulisnya di media sosial.