Di Balik Negosiasi, Upaya Bebaskan Sandera dan Tahanan Israel-Hamas

Di tengah upaya intensif untuk mencapai perdamaian, negosiasi pembebasan sandera dan tahanan antara Israel dan Hamas menjadi perhatian utama dunia. Proses yang melibatkan berbagai mediator ini bertujuan mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama, memulangkan para sandera, dan membebaskan tahanan Palestina. Berikut adalah gambaran lebih mendalam mengenai dinamika negosiasi, tuntutan kedua belah pihak, dan tantangan yang menghadang upaya mencapai kesepakatan.
Syarat Israel: Sandera Harus Kembali Dulu
Pemerintah Israel menyatakan dengan tegas bahwa pembebasan tahanan Palestina baru akan dilakukan setelah seluruh sandera yang ditawan oleh Hamas di Gaza dibebaskan dan keberadaan mereka di wilayah Israel terkonfirmasi. Juru Bicara Perdana Menteri Israel, Shosh Bedrosian, menekankan bahwa verifikasi kehadiran sandera di wilayah Israel adalah prasyarat utama.
"Tahanan Palestina akan dibebaskan setelah Israel mendapat konfirmasi bahwa semua sandera kami yang akan dibebaskan besok telah melintasi perbatasan menuju Israel," kata Bedrosian, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (13/10/2025). Pernyataan ini mencerminkan kehati-hatian pihak Israel dalam memastikan keselamatan warganya.
Menurut Bedrosian, proses identifikasi sandera yang telah meninggal akan dilakukan oleh tim forensik di Israel. Bus-bus yang disiapkan untuk mengangkut tahanan Palestina dalam keadaan siaga, namun keberangkatannya ditangguhkan hingga proses identifikasi selesai dan konfirmasi keberadaan sandera di wilayah Israel diterima.
Klaim Serangan Balasan dan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Israel mengklaim bahwa serangan yang dilancarkan ke Gaza adalah balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 1.200 warga Israel tewas dan ratusan lainnya disandera. Aksi balasan Israel ini dilaporkan telah menyebabkan lebih dari 67 ribu warga Gaza tewas, ratusan ribu lainnya terluka, dan jutaan orang terpaksa mengungsi. Krisis kemanusiaan, termasuk kekurangan pangan, juga dilaporkan terjadi akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel.
Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera: Titik Terang yang Rapuh
Setelah melalui perundingan yang panjang dan penuh liku, Hamas dan Israel akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata. Salah satu poin penting dalam kesepakatan ini adalah pembebasan 47 sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Hamas juga diperkirakan akan menyerahkan jenazah seorang tentara Israel yang tewas dalam perang Gaza sebelumnya pada tahun 2014.
"Kami berharap ke-20 sandera kami yang masih hidup akan dibebaskan bersamaan ke Palang Merah dan diangkut dengan enam hingga delapan kendaraan," ungkap seorang sumber yang dekat dengan negosiasi, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya. Para sandera selanjutnya akan dibawa ke wilayah Gaza yang dikontrol Israel sebelum dipindahkan ke pangkalan Reim di Israel selatan, tempat mereka akan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka. Setelahnya, mereka akan mendapatkan perawatan medis di tiga rumah sakit utama.
Gencatan senjata ini diharapkan dapat memberikan sedikit kelegaan bagi warga Gaza yang terdampak konflik. "Ini adalah langkah penting untuk meringankan penderitaan warga Gaza," kata seorang analis politik Timur Tengah. Namun, gencatan senjata ini masih dianggap rentan dan berpotensi dilanggar oleh kedua belah pihak.
Proses identifikasi sandera yang telah meninggal menjadi tantangan tersendiri. Autopsi di Institut Forensik Abu Kabir Israel diperlukan untuk mengonfirmasi identitas para korban, memastikan penanganan yang layak bagi semua sandera, baik yang hidup maupun yang meninggal.
Revisi Daftar Tahanan Palestina: Transparansi Dipertanyakan
Menjelang pelaksanaan kesepakatan pertukaran tahanan, pemerintah Israel merevisi daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan. Perubahan tersebut disetujui oleh para menteri Israel dan mencakup penghapusan satu nama dari daftar awal.
Menurut laporan Aljazeera, revisi tersebut melibatkan penghapusan seorang warga Palestina yang sebelumnya masuk dalam daftar pembebasan. Selain itu, dua tahanan yang "tidak menjalani hukuman seumur hidup dan tidak berafiliasi dengan Hamas" ditambahkan ke dalam daftar. Terdapat juga perubahan terkait tahanan anak di bawah umur, di mana tujuh anak dihapus dari daftar dan dua perempuan ditambahkan.
Secara keseluruhan, jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan menjadi 1.718 orang, berkurang dari kesepakatan awal yang menyebutkan 1.722 tahanan. Alasan di balik revisi ini tidak dijelaskan secara rinci oleh pemerintah Israel. Namun, perubahan ini menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan keadilan dalam proses pertukaran tahanan. Revisi daftar ini menyoroti kompleksitas dan sensitivitas negosiasi antara Israel dan Hamas, di mana setiap nama memiliki implikasi politik dan keamanan yang signifikan. Perubahan mendadak pada daftar dapat memicu ketegangan dan merusak kepercayaan antara kedua belah pihak.
Negosiasi pembebasan sandera dan tahanan antara Israel dan Hamas adalah upaya yang rumit dan sarat tantangan. Meskipun kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan telah dicapai, masih banyak rintangan yang harus diatasi. Keberhasilan implementasi kesepakatan ini sangat bergantung pada itikad baik dan komitmen dari kedua belah pihak untuk menjaga perdamaian dan menghormati hak asasi manusia. Masa depan Gaza serta para sandera dan tahanan yang terlibat dalam konflik ini masih belum pasti, namun upaya diplomasi terus dilakukan untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.