Jeritan dari Parlemen, Bebaskan Remaja AS yang Terjebak di Israel, Trump!

Sejumlah anggota parlemen Amerika Serikat (AS) tengah berupaya membebaskan seorang remaja Amerika-Palestina bernama Mohammed Ibrahim (16 tahun) dari tahanan Israel. Ibrahim telah mendekam di pusat penahanan Israel selama delapan bulan terakhir, menimbulkan kekhawatiran serius tentang kondisinya.
Desakan dari Kongres untuk Pembebasan Ibrahim
Sebanyak 27 anggota parlemen AS telah melayangkan surat resmi kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, mendesak intervensi segera dalam kasus ini. Surat tersebut memuat laporan tentang dugaan penyiksaan yang dialami Ibrahim selama penahanannya.
"Departemen Luar Negeri memprioritaskan keselamatan dan keamanan warga negara AS di luar negeri," bunyi surat yang ditandatangani oleh tokoh-tokoh terkemuka seperti Senator Bernie Sanders dan Chris Van Hollen. Mereka mendesak agar pemerintah AS turun tangan dan menjamin pembebasan Ibrahim.
Kondisi Penahanan yang Mengkhawatirkan
Penahanan Ibrahim, yang sudah berlangsung lebih dari delapan bulan, menyoroti masalah perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Akses terbatas terhadap bantuan hukum menjadi salah satu isu utama. Informasi dari staf kedutaan AS dan mantan tahanan menggambarkan kondisi yang memprihatinkan.
"Keluarganya menerima kabar dari staf kedutaan dan mantan tahanan yang melaporkan penurunan berat badan yang signifikan, kondisi kesehatan yang memburuk, dan tanda-tanda penyiksaan, sementara sidang pengadilannya terus ditunda," isi surat tersebut menjelaskan.
Keluarga Curiga Ada Keterlibatan Pemerintah AS
Keluarga Mohammed Ibrahim, bersama dengan Sayfollah Musallet, menyerukan penyelidikan independen atas kasus ini. Mereka mencurigai adanya keterlibatan pemerintah AS dalam kasus serupa di masa lalu. "Pemerintah kami tidak buta terhadap kasus-kasus ini. Mereka terlibat," tegas perwakilan keluarga Musallet, menyiratkan kekecewaan atas kurangnya respons pemerintah AS.
Tragisnya, selama masa penahanan Ibrahim, sepupunya, Sayfollah Musallet (20 tahun), tewas akibat kekerasan. Musallet dilaporkan dipukuli hingga meninggal oleh pemukim Israel di Tepi Barat. Duta Besar AS Huckabee telah meminta pemerintah Israel untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas pembunuhan tersebut. Sayangnya, hingga kini belum ada penangkapan yang dilakukan, dan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina seringkali tidak dihukum.
Kronologi Penangkapan dan Tuduhan
Penangkapan Ibrahim bermula dari tuduhan bahwa ia melemparkan batu ke arah pemukim Israel di Tepi Barat. Saat ditangkap, Ibrahim baru berusia 15 tahun. Ia membantah tuduhan tersebut dan belum menjalani proses peradilan.
Menurut Defense for Children International - Palestine (DCIP), Ibrahim mengalami perlakuan kasar selama penangkapan dan penahanan. Ia dilaporkan dipukuli dengan popor senapan dan ditahan di sel dingin dengan makanan yang tidak memadai. DCIP menyebutkan bahwa Ibrahim mengalami "penurunan berat badan yang cukup besar" sejak penangkapannya pada Februari lalu.
"Tidak ada bukti yang diberikan secara publik untuk mendukung tuduhan ini," tegas para anggota parlemen AS dalam surat mereka. Kasus Mohammed Ibrahim menjadi perhatian global, menyoroti perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel dan menuntut pertanggungjawaban atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini juga menekankan peran pemerintah AS dalam melindungi hak-hak warga negaranya di luar negeri, terutama dalam situasi konflik.