Gencatan Senjata Gaza, Mungkinkah Bukan Akhir dari Segalanya?

Gencatan senjata yang baru saja disepakati di Gaza memunculkan harapan baru, namun juga pertanyaan besar: apakah ini benar-benar akhir dari konflik, atau hanya jeda sebelum dimulainya kembali kekerasan? Mari kita bedah potensi dan tantangan di balik gencatan senjata ini, serta faktor-faktor penentu keberlangsungannya.
Gencatan Senjata: Setitik Harapan di Tengah Konflik
Kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel, hasil mediasi pihak ketiga, menawarkan secercah harapan setelah konflik yang tak berkesudahan. Gencatan senjata yang mulai berlaku beberapa hari lalu ini mencakup poin-poin krusial seperti pembebasan sandera, penarikan pasukan, dan dibukanya akses bantuan kemanusiaan. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada komitmen berkelanjutan dari kedua belah pihak serta dukungan internasional yang kuat. Upaya diplomasi intensif telah membuahkan hasil, tetapi tantangan besar masih menghadang. Mekanisme pengawasan yang efektif sangat dibutuhkan untuk memastikan kesepakatan ini dihormati dan tidak dilanggar.
Sukamta, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Menyambut Baik Kesepakatan
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Sukamta, menyatakan apresiasinya atas tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel. Ia menekankan bahwa ini adalah langkah awal penting menuju perdamaian yang lebih komprehensif. "Setelah negosiasi intensif untuk membahas gencatan senjata dan perdamaian, kita patut bersyukur akhirnya Palestina dan Israel mencapai kesepakatan dengan bantuan mediator," ujarnya kepada wartawan pada hari Sabtu, 11 Oktober 2025. Sukamta melihat kesepakatan ini sebagai pembuka jalan bagi negosiasi lebih lanjut, yang berpotensi mengarah pada solusi jangka panjang. "Ini adalah capaian signifikan dalam negosiasi tidak langsung antara Palestina dan Israel. Langkah awal menuju perdamaian sudah terlihat, meski perjalanan masih sangat panjang," tambahnya. Tahap awal perdamaian ini meliputi pembebasan sandera, penarikan pasukan dari wilayah yang disepakati, dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan.
Waspada "Perdamaian Semu"
Meskipun menyambut baik, Sukamta mengingatkan semua pihak untuk waspada terhadap kemungkinan "perdamaian semu". Ia menyoroti sejarah konflik di wilayah tersebut, di mana kesepakatan gencatan senjata kerap dilanggar. "Jangan sampai ini menjadi 'perdamaian semu', karena rekam jejak Israel selama ini tidak mengindikasikan keinginan untuk damai. Hampir selalu Israel mengkhianati kesepakatan gencatan senjata," tegasnya. Baginya, penting untuk memastikan kesepakatan ini benar-benar diimplementasikan dan bukan sekadar taktik menunda konflik. Ia juga menyinggung serangan terhadap negosiator Hamas saat berunding di Doha, Qatar, sebagai contoh bagaimana upaya perdamaian dapat terancam. "Setiap upaya negosiasi juga hampir selalu digagalkan oleh Israel. Terakhir, Israel menyerang Doha Qatar, menargetkan negosiator Hamas yang sedang bernegosiasi untuk gencatan senjata dan mewujudkan perdamaian," imbuh Sukamta.
Sukamta juga menyoroti ketidakadilan dalam proposal perdamaian sebelumnya yang tidak tegas mengakui kemerdekaan Palestina. "Tidak adil jika Israel sudah merdeka, tapi Palestina tidak diakui kemerdekaannya secara penuh. Israel punya IDF, sementara Hamas diminta menyerahkan senjatanya tanpa kejelasan kemerdekaan Palestina, yang tentu sebagai negara merdeka akan memiliki tentara nasional. Ini jelas tidak adil," ungkapnya.
Peran PBB dan Masa Depan Palestina
Sukamta menekankan pentingnya keterlibatan aktif PBB dalam proses transisi menuju perdamaian berkelanjutan. "PBB sebagai lembaga internasional harus dilibatkan secara maksimal, bukan hanya sebagai stempel," tegasnya. Ia berharap PBB dapat memainkan peran lebih substantif dalam memastikan kesepakatan gencatan senjata ini benar-benar mengarah pada kemerdekaan penuh bagi Palestina. "Semoga kesepakatan yang ada ini bisa berhasil melewati setiap tahapannya menuju perdamaian sejati dan kemerdekaan penuh Palestina. Kita semua harus terus mengawal ketat kesepakatan ini agar on the track," tambahnya. Keterlibatan PBB dianggap krusial untuk memastikan hak-hak Palestina dihormati dan proses perdamaian berlangsung adil serta transparan. Dukungan dari negara lain juga akan menjadi faktor penting dalam mencapai perdamaian langgeng.
Kondisi Terkini: Penarikan Pasukan Israel
Laporan terbaru menunjukkan Israel telah memulai penarikan pasukan secara bertahap dari Jalur Gaza. Badan pertahanan sipil Gaza mengkonfirmasi bahwa pasukan Israel telah mulai mundur dari beberapa wilayah, terutama di Kota Gaza dan Khan Younis. "Pasukan Israel telah mundur dari beberapa wilayah di Kota Gaza," ujar Mohammed al-Mughayyir, pejabat senior di badan tersebut. Kendaraan militer Israel juga dilaporkan telah ditarik dari beberapa wilayah di kota Khan Younis, Gaza selatan. Penarikan pasukan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan menjadi indikator awal komitmen kedua belah pihak untuk mengimplementasikan kesepakatan. Meski penarikan pasukan adalah langkah positif, situasi di lapangan masih sangat rapuh dan memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut.
Gencatan senjata ini, meski disambut harapan, masih jauh dari solusi final. Keberhasilannya bergantung pada banyak faktor, termasuk kemauan politik kedua belah pihak, dukungan internasional berkelanjutan, dan kemampuan mengatasi akar penyebab konflik. Sementara penarikan pasukan Israel dari Gaza menjadi pertanda baik, masa depan perdamaian di wilayah tersebut masih belum pasti. Dunia internasional kini menanti langkah selanjutnya dari Palestina dan Israel, serta bagaimana PBB dan negara lain dapat berperan konstruktif dalam proses perdamaian yang kompleks ini.