TERBARU

Netanyahu Murka, Perdana Menteri Belgia Dituding 'Lemah' Gara-Gara Palestina

Netanyahu Murka, Perdana Menteri Belgia Dituding 'Lemah' Gara-Gara Palestina


Hubungan Israel dan Belgia kembali menegang. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara terbuka mengecam Perdana Menteri Belgia, Bart de Wever, dengan sebutan "lemah". Kecaman keras ini muncul setelah Belgia mengumumkan rencananya untuk mengakui negara Palestina di forum internasional. Langkah Belgia ini semakin memperdalam keretakan hubungan kedua negara dan menambah tekanan global terhadap Israel terkait konflik yang tak kunjung usai.

Netanyahu Meradang, Sebut PM Belgia "Lemah"

Kemarahan Netanyahu meledak setelah Belgia mengikuti jejak sejumlah negara Barat yang berencana mengakui Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Reaksi keras ini mencerminkan betapa sensitifnya isu pengakuan Palestina bagi pemerintahan Israel.

Kutipan Pedas dari Kantor Perdana Menteri Israel

Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan kantornya, Netanyahu tanpa tedeng aling-aling mengecam De Wever. "Perdana Menteri Belgia de Wever adalah seorang pemimpin lemah yang berusaha memenuhi tuntutan terorisme Islam dengan mengorbankan Israel. Dia ingin memberi makan buaya teroris sebelum mereka melahap Belgia," demikian bunyi pernyataan yang menunjukkan kekecewaan mendalam Israel. Pernyataan ini dirilis pada Kamis (4/9/2025), menurut laporan AFP.

Alasan di Balik Kemarahan Sang Perdana Menteri

Kecaman Netanyahu berakar pada keyakinan bahwa pengakuan terhadap Palestina akan melegitimasi terorisme dan menghambat upaya perdamaian. Israel bersikukuh bahwa negara Palestina hanya dapat terbentuk melalui negosiasi langsung dan bilateral, bukan melalui pengakuan sepihak dari negara lain. Bagi Netanyahu, langkah Belgia ini sama saja dengan memberikan dukungan implisit kepada Hamas dan kelompok militan lainnya.

Belgia Mantap Akui Palestina

Belgia secara resmi mengumumkan akan mengakui Palestina di Majelis Umum PBB bulan ini. Keputusan ini mengikuti langkah serupa dari beberapa negara Eropa dan Barat lainnya, menandai pergeseran sikap yang signifikan dan berpotensi memicu efek domino di panggung internasional.

Penjelasan dari Menteri Luar Negeri Belgia

Menteri Luar Negeri Belgia, Maxime Prevot, dalam pengumuman pada Selasa (2/9), menyatakan bahwa keputusan ini diambil "mengingat tragedi kemanusiaan" yang terjadi di Jalur Gaza. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa "sanksi tegas sedang dijatuhkan terhadap pemerintah Israel."

Melalui akun media sosial X, Prevot menegaskan, "Palestina akan diakui oleh Belgia di sidang PBB! Dan sanksi tegas sedang dijatuhkan terhadap pemerintah Israel." Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa Belgia tidak hanya mengakui Palestina, tetapi juga mengkritik tindakan Israel.

Mengapa Belgia Mengambil Langkah Ini?

Belgia berpendapat bahwa pengakuan terhadap Palestina merupakan langkah penting untuk menegakkan hukum internasional dan meningkatkan tekanan pada Israel agar mengakhiri pendudukan serta mencari solusi damai dengan Palestina. "Menghadapi kekerasan yang dilakukan Israel yang melanggar hukum internasional, mengingat kewajiban internasionalnya, termasuk kewajiban untuk mencegah risiko genosida, Belgia harus mengambil keputusan tegas untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Israel dan Hamas," tegas Prevot.

Prevot juga menekankan bahwa pengakuan ini bukanlah hukuman terhadap rakyat Israel. "Ini bukan tentang menghukum rakyat Israel, melainkan tentang memastikan bahwa pemerintahnya menghormati hukum internasional dan kemanusiaan serta mengambil tindakan untuk mencoba mengubah situasi di lapangan," jelasnya.

Bagaimana Reaksi Dunia?

Keputusan Belgia disambut baik oleh Palestina dan negara-negara pendukungnya sebagai langkah maju menuju pengakuan negara Palestina secara luas. Sebaliknya, Israel dan para pendukungnya mengecam langkah ini sebagai kontraproduktif yang akan memperburuk konflik.

Israel Ancam Aneksasi Tepi Barat

Di tengah meningkatnya ketegangan, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menyerukan aneksasi sebagian besar wilayah Tepi Barat sebagai respons terhadap semakin banyaknya negara Barat yang mengakui Palestina. Seruan ini semakin meningkatkan kekhawatiran tentang masa depan proses perdamaian.

Seruan Kontroversial Menteri Keuangan Israel

Smotrich, yang dikenal dengan pandangan garis kerasnya, mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas guna memperkuat kendali Israel atas Tepi Barat. "Kita harus merespons dengan tegas terhadap pengakuan sepihak negara Palestina. Aneksasi wilayah C di Tepi Barat adalah langkah yang tepat untuk melindungi kepentingan keamanan dan strategis Israel," tegasnya pada Rabu (3/9). Wilayah C adalah wilayah Tepi Barat yang sepenuhnya dikendalikan oleh Israel.

Konsekuensi Potensial yang Mengerikan

Aneksasi sebagian besar wilayah Tepi Barat akan menjadi pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan secara efektif mengakhiri harapan akan negara Palestina yang merdeka. Langkah ini diperkirakan akan memicu kecaman internasional yang luas dan berpotensi menyebabkan sanksi lebih lanjut terhadap Israel.

Menurut data PBB, aneksasi wilayah C akan berdampak pada kehidupan lebih dari 300.000 warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut, yang berisiko kehilangan hak-hak mereka dan menghadapi diskriminasi yang lebih besar.

Konflik Israel-Palestina terus menjadi sumber ketegangan di Timur Tengah. Pengakuan Palestina oleh negara-negara lain dan ancaman aneksasi Tepi Barat oleh Israel merupakan perkembangan signifikan yang dapat berdampak jangka panjang bagi perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment