Dunia Hari Ini, 5 Hal yang Lagi Ramai Dibicarakan

Trump Beri Kode 'Terobosan' di Timur Tengah, Apa Itu?
Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini membangkitkan rasa ingin tahu publik dengan mengisyaratkan adanya potensi terobosan signifikan dalam situasi pelik di Timur Tengah. Menjelang pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Trump menulis di platform media sosial Truth Social bahwa "semua pihak siap untuk sesuatu yang istimewa." Ia bahkan menambahkan, "Kita memiliki peluang nyata untuk KEHEBATAN DI TIMUR TENGAH."
Sontak, pernyataan ini memicu berbagai spekulasi. Apa sebenarnya "sesuatu yang istimewa" yang dimaksud Trump? Publik dan para pengamat politik kini menantikan perkembangan lebih lanjut, terutama hasil pertemuan antara Trump dan Netanyahu. Dr. Amina Khalil, seorang analis politik Timur Tengah, menyampaikan kepada media bahwa momen ini penting untuk melihat apakah pernyataan Trump akan berujung pada solusi nyata atau sekadar retorika belaka.
Iran Eksekusi Mati Terpidana Spionase untuk Israel
Pemerintah Iran mengumumkan telah melaksanakan hukuman mati terhadap Bahman Choubi-asl, seorang narapidana yang dinyatakan bersalah atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Israel. Menurut laporan dari Mizan Online, media yang dikelola oleh otoritas kehakiman Iran, Choubi-asl dituduh bekerja sama dengan Mossad untuk mengumpulkan data pemerintah dan informasi sensitif dari pusat data Iran.
Eksekusi yang dilakukan pada Senin, 29 September 2025 ini semakin mempertegas tensi tinggi antara Iran dan Israel, yang selama ini saling tuduh melakukan kegiatan spionase. Seorang pejabat pemerintah Iran yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa eksekusi ini adalah peringatan keras bagi siapa pun yang berani mengkhianati negara. Sementara itu, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam tindakan tersebut dan menuntut transparansi yang lebih besar dalam sistem peradilan Iran.
Ukraina Ajukan Permintaan Rudal Tomahawk ke AS
Ukraina terus berupaya meningkatkan kemampuan militernya dalam menghadapi invasi Rusia yang telah berlangsung sejak 2022. Terbaru, pemerintah Ukraina mengajukan permintaan kepada Amerika Serikat untuk memasok rudal jarak jauh Tomahawk. Presiden Volodymyr Zelensky bahkan meminta agar AS menjual rudal tersebut ke negara-negara Eropa, yang kemudian akan menyalurkannya ke Ukraina.
Wakil Presiden AS, JD Vance, mengungkapkan dalam wawancara dengan "Fox News Sunday" pada Minggu, 28 September 2025, bahwa pemerintah AS sedang mempertimbangkan permintaan tersebut. Keputusan ini tentu tidak mudah, mengingat adanya perdebatan di Washington tentang sejauh mana AS harus terlibat dalam konflik ini. Senator Lisa Murkowski menekankan perlunya pertimbangan yang cermat, menyeimbangkan kebutuhan Ukraina dengan risiko eskalasi konflik.
Israel Bombardir "Menara Mekkah" di Gaza, Pengungsi Kehilangan Tempat Tinggal
Sebuah gedung bertingkat yang dikenal sebagai "Menara Mekkah" di Kota Gaza dilaporkan menjadi sasaran serangan udara militer Israel pada Minggu, 28 September 2025. Menurut saksi mata, gedung tersebut menjadi tempat berlindung bagi banyak pengungsi Palestina.
Sebelum pengeboman, militer Israel disebut telah memerintahkan evakuasi area tersebut. Menara Mekkah terletak di area Rimal, wilayah barat Kota Gaza yang memang kerap menjadi target serangan udara dan darat Israel. Seorang warga Gaza yang menyaksikan kejadian tersebut menuturkan bahwa banyak keluarga kehilangan tempat tinggal akibat serangan ini. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang Israel terkait insiden ini.
Hamas Minta Israel Hentikan Serangan di Gaza Demi Selamatkan Sandera
Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mendesak militer Israel untuk menghentikan sementara serangan udara dan menarik mundur pasukannya dari sebagian Kota Gaza. Permintaan ini diajukan sehubungan dengan upaya pencarian dua sandera Israel yang dilaporkan hilang kontak.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Minggu, 28 September 2025, Brigade Ezzedine al-Qassam menyatakan bahwa nyawa kedua tahanan dalam bahaya nyata. Mereka meminta pasukan Israel untuk segera mundur ke Jalan 8 di selatan dan menghentikan operasi udara selama 24 jam mulai pukul 18.00 waktu setempat demi kelancaran upaya penyelamatan. Hilangnya kontak dengan sandera ini tentu menambah kekhawatiran di tengah konflik yang masih berkecamuk. Belum ada tanggapan langsung dari pihak Israel atas desakan Hamas ini.