TERBARU

Jeritan Gaza, Ratusan Orang Turun ke Jalan, Desak Israel Akhiri Konflik

Jeritan Gaza, Ratusan Orang Turun ke Jalan, Desak Israel Akhiri Konflik


Di tengah puing-puing Kota Gaza, ratusan warga Palestina menggelar aksi protes, menyuarakan kepedihan dan mendesak diakhirinya konflik berkepanjangan dengan Israel. Demonstrasi ini menjadi luapan emosi atas frustrasi dan keputusasaan yang dirasakan penduduk Gaza.

Teriakan dari Balik Reruntuhan

Aksi protes ini berlangsung di tengah lanskap kota yang hancur lebur. Di antara bangunan yang rata dengan tanah, warga Gaza dengan berani menyampaikan tuntutan. Lebih dari sekadar gambaran kehancuran fisik, aksi ini juga representasi kehancuran emosional yang dialami ribuan orang.

Abu Al-Waleed Al-Zaq, seorang peserta aksi berusia 70 tahun, mengungkapkan kemarahannya. "Protes ini adalah ekspresi kemarahan rakyat atas kondisi tragis di Jalur Gaza," ujarnya. "Kami menyerukan agar tragedi ini diakhiri, agar serangan terhadap rakyat kami dihentikan. Gaza sudah hancur total."

Tuntutan: Akhiri "Genosida" dan Blokade

Para pengunjuk rasa memiliki tuntutan jelas: mengakhiri apa yang mereka sebut "genosida" dan mencabut blokade yang melumpuhkan Gaza selama bertahun-tahun. Mereka menilai tindakan militer Israel telah melampaui batas dan menyebabkan penderitaan tak terukur bagi warga sipil. Blokade itu sendiri telah membatasi akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, memperburuk kondisi kehidupan.

Mustafa Ibrahim (63 tahun), seorang aktivis hak asasi manusia dan analis politik, menegaskan, "Dunia harus menyadari jika warga Palestina bukan hanya kematian dan kehancuran. Mereka mempertahankan hak untuk tetap tinggal dan berjuang melawan perang penggusuran yang sedang berlangsung, dan perang genosida."

Massa aksi membawa bendera Palestina dan spanduk bertuliskan "Hentikan Genosida" dan "Bebaskan Gaza," berharap pesan mereka sampai ke telinga para pemimpin dunia dan mendorong tindakan nyata.

Kritik untuk Hamas, Desakan untuk Otoritas Palestina

Selain seruan kepada Israel, beberapa pengunjuk rasa juga mengkritik Hamas, kelompok yang menguasai Gaza. Mereka menuntut Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel demi melindungi warga sipil. Selain itu, Otoritas Palestina di Tepi Barat didesak untuk berperan lebih aktif dalam negosiasi dan upaya perdamaian.

"Kami, di tengah kehancuran dan genosida Gaza, menyerukan kepada para negosiator Palestina untuk segera mengakhiri perang," tegas Mohamed Al-Aswad (60 tahun). "Cukup pertumpahan darah! Rakyat Palestina ingin hidup damai dan aman."

Ziad Al-Najjar (55 tahun), sekretaris Serikat Pengacara, menambahkan bahwa Israel telah bertindak melampaui batas dalam menargetkan Hamas. "Proyek Zionis untuk mengusir paksa rakyat Palestina harus diakhiri," ujarnya. "Telah menjadi jelas bahwa ini adalah perang sepihak untuk membasmi orang-orang Palestina dan merebut tanah kosong." Ia juga mendesak Hamas untuk mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina.

Respons Israel dan Dampak pada Kesehatan

Serangan Israel di Kota Gaza masih dalam tahap awal, namun sudah menyasar wilayah pinggiran seperti Sabra, Zeitoun, dan Tuffah. Militer Israel (IDF) mengklaim telah memberi tahu badan-badan kemanusiaan internasional dan otoritas medis lokal tentang rencana pendudukan dan meminta mereka mengevakuasi pasien ke selatan Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina mengecam permintaan itu. "Kementerian Kesehatan menolak langkah apa pun yang akan merusak sistem kesehatan yang tersisa setelah penghancuran sistematis oleh otoritas pendudukan Israel," tegas pernyataan resmi. Mereka menambahkan bahwa langkah ini akan "merampas hak lebih dari 1 juta orang untuk mendapatkan perawatan dan membahayakan nyawa penduduk, pasien, dan korban luka."

Sistem kesehatan Gaza saat ini berada di ambang kehancuran akibat konflik berkepanjangan, kekurangan pasokan medis, kerusakan infrastruktur, dan minimnya tenaga medis.

Netanyahu Tegaskan Operasi Berlanjut

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan melanjutkan operasi di Gaza sampai tujuan-tujuannya tercapai. Ia menyatakan Israel "hampir mengakhiri perang ini" dan bersikeras bahwa "Hamas harus menghilang dari Gaza."

Pernyataan ini mengindikasikan negosiasi gencatan senjata menghadapi tantangan besar. Netanyahu mengarahkan negosiator Israel untuk terus menuntut pembebasan semua sandera sebagai bagian dari negosiasi dengan Hamas. Sebelumnya, Hamas menyetujui proposal gencatan senjata 60 hari yang disusun oleh mediator Mesir dan Qatar, di mana separuh dari sandera yang tersisa akan dibebaskan.

Namun, instruksi Netanyahu pada dasarnya merupakan penolakan terhadap proposal tersebut.

Tekanan dari Keluarga Sandera Israel

Di tengah ketegasan Netanyahu, keluarga sandera Israel terus menekan pemerintah untuk mencapai kesepakatan pembebasan. Mereka menuduh perdana menteri lebih mengutamakan ambisi politiknya sendiri daripada memastikan kebebasan orang-orang terkasih.

Forum Sandera dan Keluarga Hilang menyatakan hampir setengah juta orang turun ke jalan di Tel Aviv akhir pekan lalu, menuntut pemerintah mengubah arah. Mereka khawatir penundaan kesepakatan dengan Hamas dan perluasan serangan ke Kota Gaza akan mengancam nyawa para sandera.

Konflik Israel-Palestina terus menjadi sumber ketegangan dan penderitaan yang mendalam. Sementara para pemimpin dan negosiator berjuang mencari solusi, warga sipil di Gaza terus menanggung beban terberatnya. Masa depan Gaza dan prospek perdamaian masih belum pasti.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment