Sejarah Perluasan Wilayah Islam ke Persia dan Romawi

Di ufuk timur Jazirah Arab, fajar Islam menyingsing, membawa risalah tauhid yang menggema melintasi padang pasir dan pegunungan. Cahaya kebenaran ini tidak hanya menerangi Makkah dan Madinah, tetapi juga menyebar ke penjuru dunia, menjangkau peradaban Persia dan Romawi, dua kekuatan adidaya pada masanya. Perluasan wilayah Islam pada masa awal bukan sekadar penaklukan militer, melainkan sebuah transformasi peradaban yang membawa nilai-nilai luhur keadilan, persaudaraan, dan kemajuan.
Kisah perluasan wilayah Islam ke Persia dan Romawi adalah sebuah lembaran sejarah yang penuh dengan keberanian, strategi, dan keimanan yang teguh. Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, yang dididik langsung oleh beliau, menjadi garda terdepan dalam menyebarkan ajaran Islam. Mereka tidak gentar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang kala itu dikenal dengan kemegahan dan kekuatan militernya. Semangat jihad, yang bukan sekadar perang fisik, tetapi perjuangan melawan kezaliman dan menegakkan kebenaran, menjadi pendorong utama keberhasilan mereka.
Perluasan ke Persia dimulai pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه, dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Umar bin Khattab رضي الله عنه. Pertempuran Qadisiyah (sekitar tahun 636 M) menjadi titik balik yang menentukan, membuka jalan bagi pasukan Muslim untuk menaklukkan wilayah-wilayah Persia. Keberhasilan ini tidak hanya disebabkan oleh keunggulan strategi militer, tetapi juga oleh penerimaan masyarakat Persia terhadap ajaran Islam yang adil dan humanis. Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Persia yang korup dan diskriminatif membuat banyak penduduk Persia menyambut baik kedatangan pasukan Muslim.
Qumedia - Perluasan ke wilayah Romawi juga dimulai pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه, dan berlanjut pada masa Khalifah Umar bin Khattab رضي الله عنه. Pertempuran Yarmuk (sekitar tahun 636 M) menjadi kunci kemenangan bagi pasukan Muslim. Kemenangan ini membuka jalan bagi penaklukan wilayah Syam, termasuk Yerusalem, sebuah kota suci bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Kisah Umar bin Khattab رضي الله عنه yang memasuki Yerusalem dengan penuh kesederhanaan dan memberikan jaminan keamanan bagi seluruh penduduk, menjadi bukti nyata bahwa Islam membawa kedamaian dan keadilan.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang seringkali menjadi inspirasi bagi para sahabat dalam berjuang adalah:
۞ وَقَـٰتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِ ۚ فَإِنِ ٱنتَهَوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama itu hanya untuk Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 39)
Ayat ini tidak berarti bahwa Islam mengajarkan kekerasan tanpa alasan, melainkan memerintahkan untuk memerangi segala bentuk fitnah (kezaliman, penindasan) sehingga agama Allah dapat ditegakkan secara menyeluruh. Ketika fitnah telah dihilangkan dan keadilan telah ditegakkan, maka perang harus dihentikan.
Hadits Nabi Muhammad ﷺ juga memberikan panduan tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam kondisi perang sekalipun:
انْطَلِقُوا بِاسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ، لَا تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا وَلَا طِفْلًا وَلَا صَغِيرًا وَلَا امْرَأَةً، وَلَا تَغُلُّوا، وَأَصْلِحُوا وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Berangkatlah dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. Jangan membunuh orang tua renta, anak kecil, bayi, atau wanita. Jangan berkhianat. Berbuat baiklah dan perbaikilah, karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, bahkan dalam situasi perang sekalipun. Pasukan Muslim dilarang membunuh orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan, seperti orang tua, anak-anak, dan wanita. Mereka juga diperintahkan untuk berbuat baik dan adil kepada semua orang.
Perluasan wilayah Islam ke Persia dan Romawi tidak hanya membawa perubahan politik dan wilayah, tetapi juga membawa perubahan peradaban yang signifikan. Islam memperkenalkan sistem hukum yang adil, sistem ekonomi yang berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial, dan sistem pendidikan yang mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan Muslim lahir dan berkembang pada masa ini, memberikan kontribusi besar bagi kemajuan peradaban dunia. Warisan peradaban Islam masih terasa hingga saat ini, dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari matematika, astronomi, kedokteran, hingga arsitektur dan seni.
Reference:
- Al-Bidayah wan-Nihayah
- Ibnu Katsir
Wallahu A'lam