Perawat Amerika Masuk Islam Setelah Menyaksikan Keimanan Warga Gaza
![]() |
Perawat Amerika Masuk Islam Setelah Menyaksikan Keimanan Warga Gaza |
Qumedia - Wilhelmi Massay, seorang perawat asal Amerika, memutuskan untuk memeluk Islam setelah menyaksikan keteguhan iman warga Gaza di tengah konflik yang menghancurkan kehidupan mereka. Keputusan itu diambil tak lama setelah ia menjalani tugas sebagai relawan medis di wilayah tersebut.
Masai, yang akrab disapa Willy, bergabung dengan empat relawan medis lainnya untuk membantu korban agresi Israel di Rumah Sakit Nasser, Gaza selatan, serta Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Saat berada di sana, ia melihat langsung bagaimana warga Gaza tetap teguh dalam keimanan meskipun kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan mereka akibat serangan yang terus menerus.
Salah satu momen yang paling membekas baginya adalah ketika ia melihat seorang ayah menggendong jasad anaknya yang terbunuh dalam serangan Israel, namun tetap mengucapkan "Alhamdulillah." Hal ini membuatnya merenungkan keyakinan yang dimiliki warga Gaza.
"Bayangkan seorang ayah atau ibu menggendong anaknya yang sudah terbunuh dalam kantong plastik setelah dibom Israel, tetapi mereka masih berkata, 'Alhamdulillah!' Itulah iman," kata Masai dalam sebuah podcast yang dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (18/3/2025).
Masai menegaskan bahwa keimanan semacam itu adalah sesuatu yang "tidak bisa dibom oleh Israel."
Sebelum masuk Islam, Masai merupakan seorang Katolik yang mendalami ilmu agama dengan tujuan menjadi pendeta. Namun, setiap kali ia berkunjung ke Gaza dan melihat bagaimana warga Palestina tetap kokoh dalam keimanan mereka, ia mulai mempertanyakan keyakinannya sendiri.
Mayoritas penduduk Palestina beragama Islam. Menurut data Departemen Luar Negeri AS, pada pertengahan 2022, populasi Gaza mencapai sekitar 2 juta jiwa, dengan sebagian besar merupakan Muslim Sunni, serta sedikit komunitas Syiah dan Ahmadi.
Kondisi Gaza yang Memprihatinkan
Gaza telah lama menjadi sasaran utama serangan Israel dalam konflik yang berkepanjangan. Perang terbaru pecah setelah serangan balasan Israel terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023, yang kemudian berkembang menjadi genosida brutal.
Serangan tanpa henti tersebut telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa, menghancurkan tempat tinggal, fasilitas umum, dan rumah ibadah. Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk mencapai gencatan senjata, kekerasan tetap berlanjut. Pada pertengahan Januari 2025, sempat terjadi jeda dalam pertempuran, namun serangan kembali meningkat.
Menurut laporan kantor berita WAFA, Selasa (18/3/2025), pasukan Israel melanjutkan serangannya di Gaza setelah jeda dua bulan. Serangan udara yang terjadi tengah malam mengakibatkan tewasnya sedikitnya 131 warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan.
"Pengeboman yang terus berlangsung telah menyebabkan sedikitnya 131 korban tewas dan banyak lainnya luka-luka, termasuk wanita dan anak-anak. Selain itu, banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang menjadi sasaran," demikian laporan WAFA. Qumedia