Trump Beri Waktu Hamas, Deal Damai Sekarang atau...

Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, meningkatkan tekanan terhadap Hamas dengan ultimatum yang disampaikan pada Jumat (3/10). Kelompok tersebut diberi waktu hingga Minggu (5/10), pukul 18.00 waktu Washington D.C., untuk menyetujui rancangan rencana perdamaian Gaza yang terdiri dari 20 poin. Jika tidak, Trump mengancam konsekuensi berat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ultimatum Trump untuk Hamas
Ancaman 'Neraka Total' dan Batas Waktu
Ultimatum keras ini disampaikan Trump melalui platform media sosial Truth Social. Dalam unggahannya, ia memperingatkan Hamas tentang "NERAKA total, yang belum pernah terjadi sebelumnya" jika mereka menolak kesepakatan yang disebutnya sebagai "KESEMPATAN TERAKHIR."Ancaman ini menandai peningkatan signifikan dalam tekanan AS terhadap Hamas. Meskipun rincian spesifik tentang "neraka total" yang dijanjikan tidak diungkapkan, pernyataan tersebut mengindikasikan kemungkinan tindakan militer yang lebih agresif.
Janji Pemburuan Militan Hamas
Selain ancaman konsekuensi berat, Trump juga menyatakan kesiapan AS untuk "memburu dan membunuh" anggota Hamas jika kesepakatan damai gagal tercapai. Ia mengklaim bahwa sebagian besar pejuang Hamas sudah terkepung dan hanya menunggu perintahnya."Sebagian besar pejuang Hamas terkepung dan terperangkap secara militer, hanya menunggu saya memberi perintah, 'pergi,' agar nyawa mereka segera dihabisi. Sedangkan sisanya, kami tahu di mana dan siapa Anda, dan Anda akan diburu, dan dibunuh," tegas Trump.
Pernyataan ini mengisyaratkan potensi operasi militer intensif di Gaza, dengan target utama anggota Hamas. Trump juga meminta warga sipil Palestina untuk menjauhi area yang berpotensi menjadi target operasi militer. "Saya meminta agar semua warga Palestina yang tidak bersalah segera meninggalkan daerah yang berpotensi menjadi tempat kematian besar di masa depan ini dan menuju wilayah Gaza yang lebih aman. Semua orang akan dirawat dengan baik oleh mereka yang siap membantu," imbuhnya.
Rencana Perdamaian Gaza Ala Trump
Garis Besar 20 Poin
Rencana perdamaian yang diajukan Trump terdiri dari 20 poin, bertujuan mengakhiri konflik di Gaza serta menata masa depan wilayah tersebut. Rencana ini mencakup serangkaian tuntutan dan komitmen dari berbagai pihak yang terlibat.
Tuntutan Reformasi untuk Hamas, Otoritas Palestina, dan Israel
Salah satu poin utama adalah penggulingan Hamas dari kekuasaan di Gaza, dengan komitmen melucuti senjata kelompok tersebut. Selain itu, rencana tersebut juga menuntut reformasi terhadap Otoritas Palestina agar tercipta pemerintahan yang lebih stabil dan representatif.
Rencana perdamaian ini juga menuntut komitmen dari Israel untuk tidak melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Qatar, yang selama ini berperan sebagai mediator dalam konflik. Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus segera menghentikan semua operasi militer setelah kesepakatan tercapai dan menyerahkan wilayah yang telah direbut, serta berjanji untuk tidak menduduki atau mencaplok wilayah Gaza.
Pengelolaan Gaza di Masa Depan
Rencana tersebut menguraikan bagaimana Gaza akan dikelola di masa depan oleh pemerintahan transisi, terdiri dari berbagai elemen masyarakat Palestina. Mantan anggota Hamas dapat memilih untuk tetap tinggal dan ikut serta dalam rencana baru ini, atau diberi jalan aman untuk pindah ke negara lain.
Jaminan Bantuan Kemanusiaan dan Akses ke Gaza
Rencana ini mencakup jaminan bahwa bantuan dari lembaga internasional dapat masuk ke Gaza tanpa hambatan dari kedua belah pihak. Bantuan kemanusiaan menjadi krusial mengingat kerusakan parah akibat konflik berkepanjangan.
Rencana tersebut juga meliputi rencana ekonomi untuk pertumbuhan Gaza, jaminan keamanan dari AS dan negara-negara kawasan, serta kesempatan bagi warga yang telah meninggalkan Gaza untuk kembali, tanpa pemaksaan bagi siapa pun yang masih tinggal di sana untuk pergi.
Reaksi terhadap rencana perdamaian Trump bervariasi. Ada yang menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah menuju perdamaian, sementara yang lain mengkritiknya karena dianggap bias terhadap Israel. Nasib rencana perdamaian ini bergantung pada respons Hamas terhadap ultimatum yang diberikan Trump. Kegagalan mencapai kesepakatan dapat memicu konflik yang lebih dahsyat, dengan konsekuensi mengerikan bagi semua pihak yang terlibat.