TERBARU

Kisah Pilu Aktivis Sumud Flotilla, Perlakuan Tentara Israel Bikin Miris

Kisah Pilu Aktivis Sumud Flotilla, Perlakuan Tentara Israel Bikin Miris


Kisah Pilu Aktivis Sumud Flotilla: Perlakuan Tentara Israel Bikin Miris

Misi kemanusiaan yang dilakukan aktivis dari berbagai negara yang tergabung dalam Sumud Flotilla berujung pahit. Armada mereka, yang membawa bantuan untuk warga Gaza, dicegat tentara Israel. Tak hanya ditahan, para aktivis mengaku mengalami perlakuan kasar, baik fisik maupun psikologis, yang meninggalkan trauma mendalam. Kejadian ini menambah panjang daftar kontroversi terkait blokade Israel terhadap Gaza dan penanganan para aktivis kemanusiaan.

Kronologi Penangkapan dan Dugaan Perlakuan Kasar

Pencegatan Armada Bantuan di Perairan Internasional

Armada Sumud Flotilla, yang telah berlayar sejak bulan sebelumnya dengan tujuan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dihadang oleh sejumlah besar kapal militer Israel di perairan internasional. Paolo Romano, seorang anggota dewan daerah dari Lombardy, Italia, yang ikut dalam misi tersebut, menuturkan beberapa kapal bahkan disemprot dengan meriam air sebelum akhirnya dipaksa berlabuh di pantai Israel.

Klaim Kekerasan Fisik dan Psikologis

Para aktivis menuturkan pengalaman tak mengenakkan selama proses penangkapan dan penahanan. "Mereka memaksa kami berlutut, bahkan tengkurap di tanah. Jika kami bergerak sedikit saja, mereka langsung memukul," ungkap Paolo Romano kepada AFP di bandara Istanbul, Minggu (10/5/2025). Romano juga menambahkan bahwa tentara Israel tak segan melontarkan hinaan dan melakukan intimidasi psikologis.

Iylia Balqis, aktivis asal Malaysia (28), menceritakan pengalaman serupa. "Kami diborgol dengan tangan di belakang punggung, sulit untuk berjalan. Beberapa dari kami bahkan dipaksa berbaring tengkurap di tanah tanpa diberi air minum atau obat-obatan," ungkapnya. Ia menyebut pencegatan kapal oleh Israel adalah "pengalaman terburuk."

Tuduhan Ilegal dan Penahanan yang Diduga Tidak Layak

Para aktivis mengaku dituduh memasuki wilayah Israel secara ilegal, meskipun mereka merasa berada di perairan internasional dan berhak berada di sana. Setelah ditahan, mereka merasakan perlakuan yang tidak layak. "Mereka memperlakukan kami seperti binatang," ujar Romano. Ia menambahkan, malam hari para penjaga sering membuka pintu sel dan berteriak sambil mengacungkan senjata, yang semakin menambah rasa takut dan trauma para tahanan.

Kisah yang Dibagikan Para Aktivis

Kekecewaan Paolo Romano

Paolo Romano, setelah kembali ke Italia, mengungkapkan kekecewaannya atas perlakuan yang ia terima. Ia menegaskan bahwa misi mereka adalah murni kemanusiaan, bertujuan membantu warga Gaza yang menderita akibat blokade Israel. "Kami tidak melakukan tindakan kriminal apapun. Kami hanya ingin membantu orang-orang yang membutuhkan," tegasnya. Romano berharap pengalamannya membuka mata dunia tentang kondisi di Gaza dan perlakuan terhadap aktivis kemanusiaan.

Trauma yang Dialami Iylia Balqis

Iylia Balqis menggambarkan pengalamannya sebagai "pengalaman terburuk" dalam hidupnya. Ia mengaku trauma dengan kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi yang ia saksikan dan alami selama penahanan. Meski demikian, ia menegaskan bahwa pengalaman ini tidak akan membuatnya gentar untuk terus berjuang demi keadilan dan kemanusiaan.

Kesaksian Jurnalis Lorenzo D'Agostino

Lorenzo D'Agostino, seorang jurnalis Italia yang turut serta dalam misi Sumud Flotilla untuk meliput kegiatan tersebut, memberikan kesaksian serupa. Ia mengatakan para aktivis "diculik" di perairan internasional, sekitar 88 kilometer dari Gaza. "Dua hari yang kami habiskan di penjara sangat mengerikan. Kami sekarang bebas berkat tekanan dari publik internasional yang mendukung Palestina," ujarnya. D'Agostino berharap situasi ini segera berakhir karena perlakuan yang diterima para aktivis sangat "biadab."

Deportasi Aktivis dan Reaksi Pemerintah Israel

Proses Deportasi ke Turki

Setelah beberapa hari ditahan, pemerintah Israel mendeportasi 137 aktivis dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Italia, Inggris, Swiss, dan Yordania. Proses deportasi dilakukan melalui Turki.

Pernyataan Kontroversial Kementerian Luar Negeri Israel

Kementerian Luar Negeri Israel, melalui akun media sosial X, menyatakan para aktivis tersebut sebagai "provokator" yang mencoba mengganggu ketertiban. "137 provokator armada Hamas-Sumud dideportasi hari ini ke Turki," tulis kementerian tersebut pada Minggu (5/10/2025). Mereka juga menambahkan bahwa Israel berusaha mempercepat deportasi semua "provokator". Pernyataan ini semakin mempertegas sikap keras Israel terhadap aktivis yang mencoba memberikan bantuan ke Gaza.

Kontroversi seputar penangkapan dan perlakuan terhadap aktivis Sumud Flotilla ini menuai kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan pemerintah di seluruh dunia. Mereka mendesak Israel menghentikan blokade terhadap Gaza dan menghormati hak asasi manusia para aktivis kemanusiaan. Insiden ini kembali menyoroti perlunya solusi damai dan berkelanjutan untuk konflik Israel-Palestina, dengan fokus pada kemanusiaan dan keadilan bagi semua pihak. Diharapkan tekanan internasional dapat memaksa Israel mengubah kebijakannya dan memberikan akses lebih mudah bagi bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang membutuhkan.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment