Indonesia Ulurkan Tangan, Bantuan Pangan 200 Miliar Rupiah untuk Palestina, Apa Saja Isinya?

Indonesia kembali menegaskan dukungannya bagi Palestina dengan memberikan bantuan kemanusiaan senilai 200 miliar rupiah. Bantuan ini diprioritaskan untuk mengatasi krisis pangan yang mendesak di Gaza, sebuah wilayah yang terus bergulat dengan dampak konflik. Apa saja yang termasuk dalam paket bantuan dari Indonesia ini?
Bantuan Pangan Rp 200 Miliar untuk Gaza
Kondisi kemanusiaan yang kritis di Gaza mendorong Indonesia untuk segera bertindak. Bantuan senilai 200 miliar rupiah ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah untuk membantu meringankan beban warga Palestina yang terdampak konflik. Dana ini secara khusus dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan mendesak, mengingat situasi yang semakin memprihatinkan di Gaza. Pemerintah berharap bantuan ini akan memberikan dampak yang signifikan dan berkontribusi pada stabilisasi kondisi di wilayah tersebut.
Rincian Bantuan yang Diberikan
Menurut Direktur Utama Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI), Dalyono, bantuan senilai 200 miliar rupiah ini akan diimplementasikan dalam tiga bentuk utama. "Ini adalah wujud nyata perhatian Indonesia terhadap kondisi kemanusiaan di Palestina, terutama di Gaza," ungkapnya saat ditemui di Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (9/10/2025).
Bantuan tersebut mencakup penyediaan bahan pangan untuk mendukung operasional dapur umum di Gaza. Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan makanan siap saji bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan bahan pangan dasar. Selain itu, sebagian dana juga akan dialokasikan untuk suplemen kesehatan, khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak. Kelompok rentan ini menjadi prioritas mengingat tingginya risiko malnutrisi dalam situasi krisis.
Bentuk bantuan ketiga adalah penyediaan biskuit berenergi tinggi. Biskuit ini dirancang sebagai sumber nutrisi cepat dan praktis, yang dapat membantu mengatasi kekurangan gizi di kalangan masyarakat luas. Dengan kombinasi ketiga jenis bantuan ini, Indonesia berharap dapat memberikan kontribusi yang komprehensif dalam mengatasi krisis pangan di Gaza.
Penyaluran Bantuan Melalui WFP
Penyaluran bantuan senilai 200 miliar rupiah ini akan dilaksanakan melalui kerjasama dengan Badan Pangan Dunia (WFP). WFP dipilih sebagai mitra penyalur karena pengalaman dan jaringan luas organisasi tersebut dalam menangani krisis pangan di berbagai belahan dunia. "Kami percaya WFP memiliki kapasitas dan infrastruktur yang memadai untuk memastikan bantuan ini sampai kepada mereka yang membutuhkan di Gaza," jelas Dalyono.
Saat ini, proses penyaluran bantuan masih dalam tahap persiapan. LDKPI terus berkoordinasi dengan WFP untuk memastikan kelancaran distribusi dan efektivitas program bantuan. Pemerintah Indonesia berharap bantuan ini dapat segera dirasakan manfaatnya oleh warga Gaza yang terdampak konflik. "Prosesnya sedang berjalan, dan kami berupaya secepat mungkin agar bantuan ini bisa sampai ke tangan mereka yang membutuhkan," tambah Dalyono. Kemitraan dengan WFP diharapkan dapat memaksimalkan dampak positif dari bantuan yang diberikan oleh Indonesia.
Bantuan untuk Petani Palestina di Tepi Barat
Selain fokus pada krisis pangan di Gaza, Indonesia juga memberikan perhatian pada sektor pertanian di Tepi Barat. Bantuan ini ditujukan untuk mendukung pengembangan produk-produk pertanian lokal, terutama alpukat, yang memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Stabilitas keamanan dan ekonomi di Tepi Barat dianggap relatif lebih baik dibandingkan Gaza, sehingga memungkinkan intervensi yang berfokus pada peningkatan kapasitas produksi dan daya saing petani setempat.
Fokus Bantuan: Pengembangan Alpukat
Bantuan yang diberikan kepada petani di Tepi Barat berfokus pada pengembangan komoditas alpukat. Alpukat dipilih karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan potensi pasar yang menjanjikan. Namun, petani di Tepi Barat menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan akses terhadap pupuk berkualitas, teknologi pengolahan modern, serta strategi pemasaran yang efektif.
Oleh karena itu, bantuan Indonesia akan diarahkan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Program bantuan mencakup pelatihan bagi petani mengenai teknik budidaya alpukat yang lebih efisien, pengenalan teknologi pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah produk, serta pendampingan dalam pemasaran produk ke pasar lokal maupun internasional. "Kami ingin membantu petani di Tepi Barat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka melalui pengembangan produk alpukat," terang Dalyono.
Kerja Sama dengan JICA
Untuk mendukung program pengembangan alpukat di Tepi Barat, Indonesia menjalin kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Kerja sama ini melibatkan pengiriman petani Palestina ke Indonesia untuk mengikuti pelatihan intensif di Balai Pelatihan Pertanian di Malang, Jawa Timur.
JICA memberikan dukungan berupa pendanaan untuk memfasilitasi kedatangan dan pelatihan petani Palestina di Indonesia. Sementara itu, LDKPI bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan domestik selama pelatihan berlangsung. "Kerja sama dengan JICA ini sangat penting karena memungkinkan kami untuk memberikan pelatihan yang berkualitas kepada petani Palestina," ujar Dalyono.
Total nilai bantuan yang dialokasikan untuk program pengembangan alpukat ini mencapai sekitar 2 miliar rupiah. Dari jumlah tersebut, sekitar 1 miliar rupiah ditanggung oleh JICA, sementara sisanya ditanggung oleh LDKPI. Diharapkan melalui program ini, petani di Tepi Barat dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam budidaya dan pengolahan alpukat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka secara berkelanjutan.