Tragis! Rumah Warga Palestina di Tepi Barat Rata dengan Tanah

Tragedi kemanusiaan kembali mengguncang Tepi Barat. Sebuah rumah milik warga Palestina, Muthanna Amro, di kota Al-Qubaybah, rata dengan tanah akibat ledakan yang dilakukan oleh pasukan Israel pada Jumat (26/9/2025) dini hari. Insiden ini menambah panjang daftar kekerasan dan penderitaan yang dialami warga sipil di wilayah konflik tersebut, menyisakan trauma mendalam dan pertanyaan tentang masa depan perdamaian.
Latar Belakang Kejadian
Penghancuran Rumah Muthanna Amro
Wali Kota Al-Qubaybah, Nafiz Hamouda, mengkonfirmasi bahwa rumah dua lantai milik Muthanna Amro hancur total akibat ledakan. "Rumah itu diledakkan saat fajar. Militer Israel telah memberi tahu warga sekitar sepuluh hari sebelumnya tentang niat mereka untuk menghancurkan properti ini," ujarnya kepada awak media.
Rekaman video yang beredar menunjukkan - penghancuran rumah tersebut. Bahan peledak yang ditanam di dalam bangunan menimbulkan ledakan dahsyat, meruntuhkan struktur rumah menjadi puing-puing. Asap tebal mengepul ke udara, menyisakan pemandangan yang memilukan.
Alasan Penghancuran Rumah
Dugaan Keterlibatan dalam Serangan di Yerusalem
Pihak berwenang Israel menyatakan bahwa penghancuran rumah Muthanna Amro terkait dengan dugaan keterlibatannya dalam serangan penembakan di sebuah halte bus di Yerusalem pada 8 September lalu. Serangan itu merenggut nyawa enam orang. Muthanna Amro, bersama dengan Mohammed Taha, dilaporkan tewas ditembak oleh petugas keamanan setelah serangan tersebut.
Pemerintah Israel berpendapat bahwa tindakan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah serangan serupa di masa depan. Namun, kebijakan ini menuai kritik dan kecaman dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dampak Penghancuran
Kerusakan pada Rumah di Sekitar
Ledakan dahsyat tidak hanya menghancurkan rumah Muthanna Amro, tetapi juga menyebabkan kerusakan signifikan pada rumah-rumah di sekitarnya. Menurut Wali Kota Hamouda, setidaknya empat hingga lima rumah mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut. "Ledakan itu menyebabkan kerusakan signifikan pada rumah-rumah di sekitarnya. Beginilah sifat pendudukan. Mereka tidak berhenti pada melukai satu orang, tetapi berusaha untuk melukai sebanyak mungkin warga," tegasnya.
Warga yang rumahnya terdampak kini harus mengungsi dan mencari tempat tinggal sementara. Mereka menghadapi kesulitan ekonomi dan trauma psikologis akibat kejadian tersebut.
Reaksi Warga dan Pemerintah Palestina
Penghancuran rumah Muthanna Amro memicu kemarahan dan protes dari warga Palestina. Mereka mengecam tindakan Israel sebagai bentuk hukuman kolektif dan pelanggaran hak asasi manusia. Kantor berita resmi Palestina, Wafa, melaporkan bahwa pasukan militer Israel dalam jumlah besar menyerbu kota, mengepung rumah tersebut, dan mengevakuasi penduduk di sekitarnya sebelum meledakkan gedung tersebut.
Pemerintah Palestina mengutuk keras penghancuran rumah tersebut dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak menghentikan tindakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional. "Tindakan ini adalah pelanggaran berat terhadap hak-hak warga Palestina dan merupakan bagian dari kebijakan pendudukan yang sistematis," demikian pernyataan dari juru bicara pemerintah Palestina.
Kondisi Terkini di Tepi Barat
Peningkatan Kekerasan Sejak Perang Gaza
Kekerasan di Tepi Barat telah meningkat secara signifikan sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023, menyusul serangan Hamas terhadap Israel. Data Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa pasukan dan pemukim Israel telah menewaskan setidaknya 983 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk banyak militan, sejak Oktober 2023.
Selama periode yang sama, setidaknya 36 warga Israel, termasuk anggota pasukan keamanan, tewas dalam serangan Palestina atau selama operasi militer Israel. Situasi ini menciptakan lingkaran kekerasan yang sulit diputus dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Kecaman dan Kontroversi
Pandangan Israel tentang Penghancuran Rumah
Pemerintah Israel mempertahankan kebijakan penghancuran rumah sebagai bentuk pencegahan terhadap serangan di masa depan. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini mengirimkan pesan yang kuat kepada calon pelaku dan mencegah mereka untuk melakukan tindakan kekerasan.
"Penghancuran rumah adalah alat yang efektif untuk mencegah terorisme dan melindungi warga Israel," ujar seorang pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya.
Kritik sebagai Hukuman Kolektif
Namun, kebijakan penghancuran rumah menuai kritik keras dari organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional. Mereka mengecam tindakan ini sebagai bentuk hukuman kolektif yang melanggar hukum internasional.
"Penghancuran rumah adalah hukuman kolektif yang tidak manusiawi dan melanggar hukum internasional. Tindakan ini hanya akan memperburuk konflik dan menciptakan lebih banyak kebencian," kata Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Heba Morayef, dalam sebuah pernyataan.
Penghancuran rumah Muthanna Amro adalah pengingat pahit akan konflik yang terus berlanjut di Tepi Barat. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan perdamaian dan keadilan bagi warga Palestina. Masyarakat internasional diharapkan dapat memainkan peran aktif dalam mendorong solusi yang adil dan berkelanjutan untuk mengakhiri konflik ini. Situasi di Tepi Barat diprediksi akan semakin memanas mengingat belum adanya tanda-tanda perundingan damai yang serius antara kedua belah pihak.