Selandia Baru dan Palestina, Ada Apa Sebenarnya?

Selandia Baru kembali menegaskan komitmennya terhadap solusi dua negara bagi konflik Palestina-Israel. Namun, muncul pertanyaan, mengapa Wellington belum mau secara resmi mengakui negara Palestina saat ini?
Sikap Selandia Baru pada Palestina: Apa yang Mendasari?
Di tengah meningkatnya desakan global untuk mengakui Palestina, posisi Selandia Baru menjadi perhatian. Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, dalam pidatonya di Majelis Umum PBB di New York, menjelaskan pertimbangan di balik sikap negaranya.
Dukungan untuk Solusi Dua Negara, Namun Belum untuk Pengakuan Saat Ini
Selandia Baru dikenal sebagai pendukung setia gagasan dua negara, yakni mengakui hak Israel dan Palestina untuk hidup berdampingan secara damai dalam batas wilayah yang diakui internasional. Tetapi, pengakuan formal terhadap negara Palestina dinilai belum tepat waktunya.
Mengapa Selandia Baru Belum Mengakui Palestina?
Menurut Peters, salah satu alasan utamanya adalah situasi yang masih sangat tidak stabil di Gaza, di mana Hamas masih memegang kendali. "Dengan perang yang berkecamuk, Hamas tetap menjadi pemerintah de facto Gaza, dan belum ada kejelasan tentang langkah selanjutnya," ujarnya seperti dilansir Reuters pada Minggu (28/9/2025). "Masih terlalu banyak pertanyaan tentang masa depan negara Palestina sehingga Selandia Baru tidak bijaksana untuk mengumumkan pengakuan saat ini."
Gencatan Senjata Jadi Prioritas Utama
Lebih lanjut, Peters mengungkapkan kekhawatiran bahwa fokus pada pengakuan Palestina justru dapat mempersulit upaya mencapai gencatan senjata. Pemerintah Selandia Baru berpendapat, langkah tersebut berpotensi membuat kedua belah pihak yang bertikai semakin keras kepala.
'Kapan, Bukan Apakah': Isyarat dari Perdana Menteri Selandia Baru
Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, memberikan sedikit nuansa berbeda dalam pernyataannya. Ia mengatakan bahwa pengakuan negara Palestina adalah pertanyaan tentang "kapan," bukan "apakah." Hal ini memberikan sinyal bahwa Selandia Baru tidak menolak prinsip pengakuan tersebut, namun menunggu waktu yang tepat.
Perbedaan dengan Negara Mitra
Menariknya, beberapa negara mitra Selandia Baru, seperti Australia, Kanada, dan Inggris, telah mengambil langkah mengakui negara Palestina. Lebih dari 140 negara lain di seluruh dunia juga telah menyatakan dukungan serupa. Perbedaan ini menggarisbawahi kompleksitas isu Palestina dan beragam pendekatan yang diambil komunitas internasional.
Pemerintah Selandia Baru menyatakan harapannya agar situasi di lapangan segera membaik, sehingga tercipta kondisi yang lebih kondusif untuk perdamaian dan negosiasi yang konstruktif. Mereka juga menekankan pentingnya adanya pemerintahan yang bersatu di wilayah Palestina.
Kritik dari Oposisi
Keputusan pemerintah untuk menunda pengakuan negara Palestina tidak luput dari kritik. Juru bicara urusan luar negeri dari Partai Buruh, Peeni Henare, berpendapat bahwa pengakuan tersebut adalah langkah krusial untuk menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina dan mendukung solusi dua negara. Ia menegaskan, "Tidak ada solusi dua negara atau perdamaian abadi di Timur Tengah tanpa pengakuan Palestina sebagai sebuah negara," dan menuduh pemerintah mengambil sikap yang terlalu hati-hati.
Terlepas dari perbedaan pendapat, Selandia Baru menegaskan akan terus berperan aktif dalam upaya perdamaian di Timur Tengah, bekerja sama dengan mitra internasional, dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina. Masa depan hubungan Selandia Baru dengan Palestina akan sangat bergantung pada perkembangan situasi di lapangan dan komitmen semua pihak untuk mencapai solusi damai.