Pengakuan Palestina Bergulir, Ada Apa dengan Rusia?

Di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang, isu pengakuan terhadap Palestina oleh berbagai negara menjadi sorotan. Gelombang dukungan ini muncul sebagai respons atas konflik berkepanjangan di Gaza, sekaligus harapan untuk menghidupkan kembali solusi dua negara yang selama ini tertunda. Bagaimana Rusia memandang perkembangan ini, dan apa dampaknya bagi upaya perdamaian di Timur Tengah?
Rusia Kembali Tegaskan Dukungan Solusi Dua Negara
Rusia kembali menegaskan posisinya yang konsisten, yaitu bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan yang realistis untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Penegasan ini muncul seiring dengan meningkatnya dukungan internasional bagi Palestina, bahkan dari negara-negara yang selama ini dikenal dekat dengan Israel.
Pernyataan Juru Bicara Kremlin
Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, baru-baru ini menyampaikan kepada wartawan bahwa Rusia tetap berpegang pada resolusi fundamental Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik tersebut. "Kami tetap berkomitmen pada resolusi fundamental Dewan Keamanan PBB dan tetap berkomitmen pada posisi internasional tentang kemungkinan penyelesaian masalah Palestina-Israel berdasarkan pendekatan dua negara," ujarnya.
Peskov menekankan bahwa Rusia meyakini pendekatan ini sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung lama. "Ini tetap menjadi pendekatan kami, dan kami meyakini bahwa ini adalah satu-satunya cara yang mungkin untuk menemukan solusi bagi konflik yang sangat kompleks dan telah berlangsung lama, yang kini mungkin berada dalam tahap paling akut dan tragis dalam sejarahnya," imbuhnya.
Gelombang Pengakuan dan Reaksi Israel
Sejumlah negara, termasuk Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal, mengambil langkah signifikan dengan memberikan pengakuan resmi kepada negara Palestina. Keputusan ini didorong oleh rasa frustrasi terhadap situasi di Gaza dan harapan untuk mempercepat proses perdamaian. Pengumuman penting ini disampaikan oleh para pemimpin dan pejabat tinggi masing-masing negara pada Minggu (21/9) waktu setempat.
Langkah ini mengikuti jejak lebih dari 140 negara yang telah lebih dulu mengakui Palestina. Hal ini menunjukkan semakin meluasnya dukungan internasional untuk pembentukan negara Palestina yang merdeka dari pendudukan Israel.
Namun, pengakuan ini memicu reaksi keras dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecam langkah tersebut sebagai "hadiah besar bagi terorisme" dan menegaskan bahwa "Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan." Pernyataan ini mencerminkan penolakan kuat Israel terhadap pembentukan negara Palestina yang berdaulat.
Posisi Lama Rusia dalam Pengakuan Palestina
Rusia sendiri telah lama menjadi salah satu negara yang mengakui Palestina. Sikap ini mencerminkan keyakinan Rusia bahwa rakyat Palestina berhak memiliki negara sendiri yang berdaulat dan merdeka. Pengakuan ini bukanlah kebijakan baru, melainkan konsisten dengan pendekatan Rusia terhadap isu Palestina selama beberapa dekade.
Seorang diplomat Rusia yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Rusia sejak lama memandang pentingnya kemerdekaan dan kedaulatan Palestina. Kami percaya bahwa ini adalah langkah penting untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut."
Harapan Perdamaian di Tengah Tantangan
Pengakuan terhadap Palestina oleh semakin banyak negara diharapkan dapat memberikan dorongan baru bagi upaya perdamaian di Timur Tengah. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyambut baik pengakuan tersebut, berharap hal itu akan membuka jalan bagi "negara Palestina untuk hidup berdampingan dengan negara Israel dalam keamanan, perdamaian, dan hubungan bertetangga yang baik."
Namun, jalan menuju perdamaian masih panjang dan penuh tantangan. Perbedaan pandangan yang mendalam antara Israel dan Palestina, serta kompleksitas dinamika politik regional, tetap menjadi penghalang utama. Meskipun demikian, meningkatnya dukungan internasional bagi Palestina memberikan harapan bahwa solusi yang adil dan berkelanjutan dapat dicapai.
Selain keempat negara tersebut, Prancis dikabarkan akan memberikan pengakuan serupa kepada negara Palestina pada forum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS). Hal ini semakin mengukuhkan tren meningkatnya dukungan global terhadap hak-hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Meskipun jalan menuju perdamaian masih panjang dan berliku, dukungan internasional yang semakin kuat bagi Palestina, termasuk posisi tegas Rusia terkait solusi dua negara, dapat menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat di Timur Tengah. Ke depan, dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, serta dukungan penuh dari komunitas internasional, untuk mewujudkan visi perdamaian yang adil dan berkelanjutan.