Netanyahu Meradang, Pengakuan Palestina, Sebuah Pengkhianatan?

Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, melontarkan kritik tajam kepada para pemimpin dunia yang mengakui negara Palestina. Kecaman keras ini ia sampaikan menjelang keberangkatannya ke Amerika Serikat, di mana serangkaian agenda penting telah menantinya, termasuk pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump dan pidato di Sidang Majelis Umum PBB.
Kemarahan Netanyahu atas Pengakuan Palestina
Reaksi keras Netanyahu ini adalah cerminan kekecewaan mendalam atas meningkatnya dukungan internasional untuk Palestina. Pengakuan dari berbagai negara, termasuk beberapa negara Barat, dianggapnya sebagai pukulan bagi upaya Israel untuk bernegosiasi langsung dan mempertahankan kendali atas wilayah sengketa.
Kecaman Pedas di Bandara Ben Gurion
Sebelum terbang ke Washington, D.C., dari Bandara Ben Gurion, Israel, Netanyahu menyampaikan kecamannya dengan nada tinggi. "Saya mengutuk para pemimpin yang, bukannya mengutuk para pembunuh, pemerkosa, dan pelaku pembakaran anak-anak, justru ingin memberi mereka sebuah negara di jantung Israel. Ini tidak akan terjadi," ujarnya dengan nada geram. Kata-kata ini menggambarkan pandangannya bahwa pengakuan Palestina sama saja dengan memberi penghargaan kepada terorisme dan mengabaikan keamanan Israel. Pernyataan ini dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (25/9/2025).
Pesan untuk Sidang Umum PBB
Netanyahu menegaskan niatnya untuk menyampaikan "kebenaran warga Israel, kebenaran tentara (Israel), kebenaran bangsa kita" di hadapan Majelis Umum PBB. Pidatonya dijadwalkan pada Jumat (26/9). Diharapkan, forum ini akan menjadi ajang bagi Netanyahu untuk mengartikulasikan pandangan Israel mengenai konflik Israel-Palestina dan melancarkan kritik terhadap pengakuan Palestina. Para analis politik memperkirakan bahwa Netanyahu akan menyoroti ancaman keamanan yang dirasakan dari Palestina dan menekankan hak Israel untuk membela diri.
Pertemuan dengan Donald Trump: Agenda Utama
Selain pidato di PBB, agenda utama perjalanan Netanyahu ke Amerika Serikat adalah pertemuan dengan Presiden Donald Trump. Pertemuan ini adalah yang keempat kalinya bagi kedua pemimpin dan diharapkan menjadi kesempatan untuk membahas berbagai isu strategis yang menjadi kepentingan bersama.
Fokus Pembicaraan: Peluang dan Tujuan Perang
Netanyahu mengungkapkan bahwa ia akan membahas "peluang besar yang dibawa oleh kemenangan kami, serta kebutuhan kami untuk mencapai tujuan perang: untuk membawa kembali semua sandera kami, untuk mengalahkan Hamas, dan untuk memperluas lingkaran perdamaian yang telah terbuka bagi kami." Pernyataan ini mengindikasikan fokus yang jelas pada situasi di Gaza, upaya pembebasan sandera yang ditawan oleh Hamas, dan upaya untuk mencapai perdamaian regional yang lebih luas.
Harapan akan Terobosan dari Utusan AS untuk Timur Tengah
Menjelang pertemuan Netanyahu dan Trump, Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyampaikan harapan akan adanya terobosan terkait situasi di Gaza dalam beberapa hari mendatang. Pernyataan ini memicu spekulasi tentang kemungkinan inisiatif perdamaian baru yang didukung oleh Amerika Serikat.
Rencana 21 Poin Trump untuk Perdamaian
Witkoff mengungkap bahwa Presiden Trump telah menyampaikan sebuah "rencana 21 poin Trump untuk perdamaian di Timur Tengah dan Gaza" kepada para pemimpin negara-negara Arab dan Islam. Meskipun rincian rencana tersebut belum diungkapkan, Witkoff mengklaim bahwa rencana tersebut "menjawab kekhawatiran Israel serta kekhawatiran semua negara tetangga di kawasan ini." Ia menambahkan, "Kami berharap, dan bahkan bisa saya katakan yakin, bahwa dalam beberapa hari mendatang kita akan dapat mengumumkan semacam terobosan." Pernyataan ini, yang disampaikannya di sela-sela Sidang Umum PBB, memicu harapan akan adanya solusi untuk mengakhiri konflik yang telah lama berlangsung.