Jerman Pilih Jalur Berbeda Soal Pengakuan Palestina, Kenapa Ya?

Di tengah meningkatnya desakan internasional, Jerman mengambil sikap berbeda terkait pengakuan negara Palestina. Alih-alih mengikuti jejak beberapa negara lain, Berlin memilih untuk tetap berpegang pada solusi dua negara melalui negosiasi langsung antara Israel dan Palestina. Keputusan ini tentu memunculkan pertanyaan: apa sebenarnya alasan di balik kehati-hatian Jerman?
Prioritas Jerman: Solusi Dua Negara yang Dinegosiasikan
Pemerintah Jerman dengan tegas menyatakan bahwa pengakuan negara Palestina akan menjadi langkah yang tepat setelah tercapainya kesepakatan final antara kedua belah pihak. Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, menyampaikan pandangan ini sebelum keberangkatannya ke Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. "Solusi dua negara yang dinegosiasikan adalah satu-satunya cara agar warga Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam damai, aman, dan bermartabat," ungkapnya. Wadephul menambahkan, "Bagi Jerman, pengakuan negara Palestina akan lebih bermakna di penghujung proses. Tetapi proses itu sendiri harus dimulai sekarang."
Sikap ini bertolak belakang dengan beberapa negara lain, termasuk negara-negara Eropa, yang mulai mempertimbangkan atau bahkan telah mengakui Palestina. Tindakan mereka didorong oleh keprihatinan mendalam atas situasi kemanusiaan di Gaza dan harapan untuk menekan Israel agar mengakhiri konflik yang berkepanjangan. Sebagai contoh, Australia, Inggris, Kanada, dan Portugal telah mengambil langkah tersebut pada Minggu, 21 September 2025.
Mengapa Jerman Berpikir Panjang?
Keputusan Jerman untuk tidak terburu-buru mengakui Palestina didasari oleh beberapa faktor mendasar, yang berakar pada sejarah dan kebijakan luar negeri negara tersebut. Dua alasan utama yang menonjol adalah tanggung jawab historis Jerman terhadap Israel dan meningkatnya sorotan terhadap kampanye militer Israel di Gaza.
Tanggung Jawab Historis yang Tak Terhapuskan
Bayang-bayang Holocaust masih kuat memengaruhi kebijakan luar negeri Jerman. Sebagai wujud pertanggungjawaban atas kejahatan Nazi, dukungan terhadap eksistensi dan keamanan Israel telah menjadi pilar utama dalam hubungan internasional Jerman. Pengakuan negara Palestina secara sepihak, tanpa adanya kesepakatan damai yang komprehensif, dinilai berpotensi mengancam keamanan Israel dan stabilitas di kawasan.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jerman, yang enggan disebutkan namanya, menyatakan, "Dukungan terhadap Israel adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas nasional kami. Kami meyakini bahwa solusi yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui dialog dan kompromi, bukan melalui tindakan sepihak."
Kritik yang Semakin Keras terhadap Kampanye Israel di Gaza
Meskipun memiliki komitmen kuat terhadap keamanan Israel, Pemerintah Jerman semakin lantang dalam mengkritik kampanye militer Israel di Gaza. Dampak kemanusiaan yang mengerikan, dengan puluhan ribu warga sipil Palestina menjadi korban dan hancurnya infrastruktur vital, telah memicu kecaman dari berbagai penjuru dunia. Bahkan, PBB telah menyatakan kondisi kelaparan di beberapa wilayah pesisir Gaza.
Meski mengkritik tindakan Israel, Jerman tetap berupaya menjaga keseimbangan agar tidak dianggap memihak dalam konflik tersebut. Pendekatan seimbang ini dipandang sebagai cara terbaik untuk mempertahankan kredibilitas sebagai mediator potensial di masa depan. Seperti yang ditegaskan Wadephul, "Kami mengakui hak Israel untuk membela diri, tetapi kami juga menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil."
Reaksi Dunia dan Masa Depan Palestina di PBB
Keputusan Jerman untuk menunda pengakuan Palestina telah menuai beragam reaksi di tingkat internasional. Beberapa negara memahami posisi Jerman, menghargai kompleksitas sejarah dan politik yang mendasarinya. Namun, negara-negara lain menyuarakan kekecewaan, berpendapat bahwa pengakuan Palestina adalah langkah penting untuk mendorong momentum menuju perdamaian.
Perdebatan mengenai masa depan Palestina diperkirakan akan menjadi agenda utama dalam Sidang Umum PBB yang dihadiri oleh lebih dari 140 pemimpin dunia. Tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat, seiring dengan upaya sejumlah negara untuk mengakui negara Palestina dan mendorong proses perdamaian yang lebih inklusif.
Masa depan Palestina di PBB dan di kancah internasional masih belum pasti. Namun, satu hal yang pasti: isu ini akan terus menjadi sorotan utama, memicu perdebatan dan upaya diplomatik yang intensif. Jerman, dengan posisinya yang unik dan sejarahnya yang kompleks, akan memainkan peran penting dalam membentuk arah masa depan tersebut. Meskipun saat ini memilih jalur yang berbeda, Jerman menegaskan komitmennya untuk mendukung solusi dua negara yang langgeng dan berkelanjutan, yang menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi Israel dan Palestina. Langkah selanjutnya akan sangat bergantung pada dinamika politik internal kedua negara, serta tekanan dan dukungan dari komunitas internasional.