TERBARU

Inggris Bergerak, Palestina Diakui Setelah Era Trump?

Inggris Bergerak, Palestina Diakui Setelah Era Trump?


Inggris dikabarkan akan segera mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Kabar ini mencuat usai kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Inggris. Rencana yang diperkirakan akan diumumkan dalam waktu dekat ini, langsung menjadi sorotan terkait dampaknya terhadap dinamika politik internasional dan upaya mewujudkan solusi dua negara.

Pengakuan Palestina oleh Inggris: Momen Usai Kunjungan Trump?

Rencana Pengakuan dan Waktu Pengumuman

Sejumlah sumber di Inggris mengindikasikan, pemerintah Inggris akan mengakui Palestina dalam beberapa hari ke depan. Waktu pengumuman yang berdekatan dengan kunjungan kenegaraan Trump ini menimbulkan berbagai spekulasi. Muncul dugaan bahwa pemerintah Inggris sengaja memilih momen ini untuk menghindari potensi gangguan atau tekanan dari pihak tertentu, terutama dari Amerika Serikat.

"Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan komitmen kami terhadap solusi dua negara," ujar seorang sumber internal pemerintahan Inggris yang menolak disebutkan namanya. "Kami yakin pengakuan ini akan memberikan dorongan signifikan bagi proses perdamaian."

Tekanan Internal Partai Buruh dan Penundaan Sementara

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menghadapi tekanan kuat dari internal Partai Buruh yang dipimpinnya untuk segera mengakui Palestina. Desakan ini muncul seiring meningkatnya kekhawatiran global terhadap situasi kemanusiaan di wilayah Palestina dan stagnannya proses perdamaian. Ada indikasi bahwa pengumuman sempat ditunda untuk menghindari potensi konflik dengan agenda kunjungan Trump.

"Penundaan ini bukan berarti kami ragu," tegas seorang anggota parlemen dari Partai Buruh. "Justru, kami ingin memastikan pesan kami tersampaikan dengan jelas dan efektif, tanpa terdistraksi oleh isu-isu lain."

Reaksi Internasional: Sorotan ke Israel dan AS

Rencana pengakuan Palestina oleh Inggris diperkirakan akan menuai reaksi keras dari Israel. Pemerintah Israel selama ini menentang keras setiap upaya pengakuan unilateral terhadap Palestina, dan bersikeras bahwa status kenegaraan Palestina hanya dapat dicapai melalui negosiasi langsung. AS, di bawah pemerintahan sebelumnya, juga menyatakan penentangan terhadap langkah serupa.

"Pengakuan unilateral akan merusak proses perdamaian dan memberikan insentif bagi terorisme," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Israel.

Namun, pemerintahan AS saat ini dikabarkan memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap isu ini. Meski belum ada pernyataan resmi, sejumlah analis politik berpendapat bahwa Washington mungkin tidak akan melakukan intervensi langsung untuk menghalangi langkah Inggris.

Negara Lain Juga Pertimbangkan Pengakuan

Inggris bukan satu-satunya negara yang mempertimbangkan untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Beberapa negara lain di Eropa, seperti Prancis, juga dikabarkan tengah melakukan kajian serupa. Bahkan, negara di luar Eropa seperti Australia, Kanada, dan Belgia, telah menyatakan dukungan mereka terhadap hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

"Kami percaya bahwa pengakuan Palestina adalah langkah penting untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan," ujar Menteri Luar Negeri Australia dalam sebuah pernyataan beberapa waktu lalu.

Posisi Inggris dan Solusi Dua Negara

Inggris telah lama mendukung solusi dua negara sebagai jalan keluar untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat dipandang sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan kerangka kerja politik yang jelas bagi negosiasi perdamaian yang berkelanjutan.

"Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak untuk mencapai solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan," tegas Duta Besar Inggris untuk PBB dalam sebuah forum internasional. "Kami percaya bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi semua orang di wilayah tersebut."

Kunjungan Trump ke Inggris: Antara Agenda dan Simbolisme

Agenda Kunjungan dan Harapan Kesepakatan

Kunjungan kenegaraan Presiden AS Donald Trump ke Inggris pada 16 September menjadi perhatian dunia. Kunjungan atas undangan Raja Charles III dan PM Keir Starmer ini dipandang sebagai simbol eratnya hubungan kedua negara. Beberapa agenda penting dibahas, termasuk isu-isu perdagangan, keamanan, dan kerja sama energi.

"Hubungan Inggris dan Amerika Serikat adalah salah satu yang terkuat di dunia," kata seorang juru bicara pemerintah Inggris. "Kunjungan ini adalah kesempatan untuk memperdalam kerja sama kita di berbagai bidang."

Seremoni Kenegaraan dan Pembahasan Tarif Baja

Kunjungan Trump diwarnai berbagai seremoni kenegaraan yang megah, termasuk jamuan makan malam resmi di Istana Windsor pada 17 September. Selain seremoni formal, agenda penting lainnya adalah pembahasan mengenai tarif impor baja Inggris ke AS yang masih tinggi. Inggris berharap agar AS dapat mengurangi atau menghapuskan tarif tersebut untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara.

"Kami berharap dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua negara," ujar Menteri Perdagangan Inggris.

Pernyataan Trump Soal Kunjungannya

Presiden Trump menyebut kunjungannya ke Inggris sebagai suatu kehormatan besar. Ia menyatakan optimisme bahwa hubungan AS dan Inggris akan semakin kuat di masa depan.

"Ini adalah kehormatan besar bagi saya untuk mengunjungi Inggris," kata Trump dalam sebuah pidato pada 18 September. "Saya yakin bahwa bersama-sama, kita dapat mencapai banyak hal."

Pengakuan Palestina oleh Inggris, jika terealisasi, akan menjadi perkembangan penting dalam upaya perdamaian di Timur Tengah. Langkah ini berpotensi memicu gelombang pengakuan serupa dari negara-negara lain, dan dapat memberikan tekanan baru bagi Israel untuk kembali ke meja perundingan. Walau begitu, tantangan dalam mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan masih sangat besar. Dunia internasional akan terus memantau perkembangan situasi ini.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment