TERBARU

Gaza Berduka, Puluhan Nyawa Melayang dalam Serangan Darat Israel

Gaza Berduka, Puluhan Nyawa Melayang dalam Serangan Darat Israel


Gaza kembali berduka. Serangan darat oleh militer Israel menghantam wilayah tersebut, menambah jumlah warga sipil yang menjadi korban dalam konflik yang tak kunjung usai. Suara ledakan dan tembakan memecah keheningan malam, memaksa ribuan warga mencari perlindungan di tengah keterbatasan dan ketakutan.

Korban Berjatuhan Akibat Serangan Darat

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, setidaknya 78 warga sipil tewas dalam serangan darat yang dimulai pada Selasa (16/9) dini hari. Tragisnya, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka pun terus meningkat, menambah beban berat bagi fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan akibat blokade dan serangan udara selama berminggu-minggu.

"Kami melihat anak-anak dengan luka bakar yang mengerikan, orang tua kehilangan anggota badan. Situasinya sangat mengerikan dan kami kekurangan obat-obatan serta peralatan medis untuk menangani gelombang pasien yang terus berdatangan," ungkap Dr. Amal Abu dari Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, kepada awak media.

Serangan darat ini memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah memprihatinkan di Gaza. Akses terhadap air bersih, makanan, dan listrik semakin sulit. Badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional terus menyerukan gencatan senjata segera agar bantuan kemanusiaan bisa mencapai mereka yang membutuhkan. Namun, hingga kini, seruan tersebut belum membuahkan hasil.

PBB melaporkan, lebih dari 1 juta warga Gaza telah mengungsi akibat konflik ini. Mereka terpaksa tinggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan di sekolah-sekolah PBB, rumah sakit, dan tempat penampungan darurat lainnya. Kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya air bersih meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular.

Serangan Darat Dimulai Setelah Kunjungan Menlu AS

Serangan darat oleh militer Israel terjadi hanya beberapa jam setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, ke wilayah tersebut. Dalam kunjungannya, Rubio menegaskan dukungan penuh AS terhadap hak Israel untuk membela diri dan memberantas kelompok militan Hamas. Kunjungan ini menuai kritik, karena dinilai memberi lampu hijau bagi Israel untuk meningkatkan eskalasi militer di Gaza.

"Kunjungan Menlu AS dan pernyataan dukungannya jelas mengirimkan pesan yang salah. Itu memberikan keberanian kepada Israel untuk melanjutkan operasinya tanpa menghiraukan nyawa warga sipil Palestina," kata Ahmed Yassin, seorang analis politik di Gaza.

Beberapa pengamat juga menilai, waktu pelaksanaan serangan darat yang bertepatan dengan kunjungan Menlu AS merupakan upaya Israel untuk menunjukkan kekuatan dan tekad kepada sekutu utamanya. Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa kunjungan Rubio bertujuan untuk mendorong de-eskalasi dan menemukan solusi damai bagi konflik tersebut.

Israel Klaim Targetkan Benteng Hamas

Militer Israel mengklaim bahwa serangan darat di Kota Gaza menargetkan benteng-benteng utama kelompok militan Hamas. Mereka menuduh Hamas menggunakan wilayah sipil sebagai perisai manusia dan menyatakan bahwa operasi militer dilakukan untuk melumpuhkan kemampuan Hamas meluncurkan roket ke wilayah Israel.

"Operasi ini bertujuan menghancurkan infrastruktur teroris Hamas dan melucuti kemampuan mereka menyerang warga sipil Israel. Kami melakukan segala upaya untuk menghindari korban sipil, tetapi tanggung jawab utama terletak pada Hamas yang bersembunyi di balik warga sipil," ujar seorang juru bicara militer Israel.

Klaim Israel ini dibantah oleh Hamas, yang menyebutnya sebagai propaganda untuk membenarkan pembantaian warga sipil Palestina. Hamas menegaskan bahwa mereka berhak melawan pendudukan Israel dan mempertahankan wilayah Palestina dari agresi.

"Kami tidak akan menyerah. Kami akan terus melawan pendudukan Israel sampai kami mencapai kemerdekaan dan kebebasan kami," tegas Abu Ubaida, juru bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas.

Ribuan Militan Hamas Diduga Masih Beroperasi

Militer Israel memperkirakan, ada sekitar 2.000 hingga 3.000 militan Hamas yang masih beroperasi di Kota Gaza. Mereka diduga bersembunyi di terowongan bawah tanah dan menggunakan taktik gerilya untuk melawan pasukan Israel. Kehadiran militan Hamas di wilayah sipil menyulitkan operasi militer Israel dan meningkatkan risiko jatuhnya korban sipil.

Para ahli militer berpendapat, operasi darat di Kota Gaza akan menjadi pertempuran yang panjang dan berdarah. Medan perkotaan yang padat dan jaringan terowongan bawah tanah akan memberikan keuntungan bagi Hamas, sementara pasukan Israel harus berhati-hati untuk menghindari jebakan dan serangan mendadak.

Sementara itu, perundingan internasional terus berlanjut untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, kedua belah pihak masih jauh dari kesepakatan. Israel bersikeras bahwa Hamas harus meletakkan senjata dan mengakhiri serangan roket ke wilayahnya, sementara Hamas menuntut agar Israel mengakhiri blokade Gaza dan membebaskan tahanan Palestina.

Harapan akan perdamaian masih ada, meski tipis. Masyarakat internasional terus mendesak kedua belah pihak untuk mengutamakan kepentingan warga sipil dan mencari solusi politik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Masa depan Gaza, dan warganya, masih diselimuti ketidakpastian.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment