TERBARU

Gara-Gara Palestina, Majelis Lidah Berduri Tinggalkan Spotify!

Gara-Gara Palestina, Majelis Lidah Berduri Tinggalkan Spotify!


Majelis Lidah Berduri, grup musik eksperimental asal Yogyakarta, mengambil langkah berani. Mereka resmi meninggalkan Spotify sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Keputusan ini sekaligus menjadi kritik atas kebijakan platform musik tersebut yang mereka nilai mendukung aksi genosida.

Pengumuman Cabut dari Spotify di Media Sosial

Kabar hengkangnya Majelis Lidah Berduri dari Spotify diumumkan melalui akun Instagram resmi band pada Kamis, 25 September 2025. "Kabar sebaris: Kami cabut dari Spotify sebab kami berdiri bersama kalian," tulis mereka dalam pernyataan singkat. Sontak, unggahan ini memicu beragam reaksi dari penggemar serta pengamat musik independen. "Keputusan yang mengejutkan, namun patut diapresiasi sebagai wujud konsistensi band dalam memegang teguh nilai-nilai yang mereka yakini," komentar Ardi, seorang pengamat musik independen asal Yogyakarta.

Album Baru Tanpa Spotify Jadi Pertanda

Sebenarnya, sinyal kepergian Majelis Lidah Berduri dari Spotify sudah terlihat sebelum pengumuman resmi. Album terbaru mereka, "Hujan Orang Mati," menjadi penanda perubahan arah ini. Album tersebut dirilis tanpa melalui Spotify, menunjukkan perubahan strategi distribusi dan pandangan terhadap platform streaming. "Kami ingin album ini dinikmati dengan cara yang berbeda, tidak sekadar menjadi deretan lagu dalam playlist algoritma," ungkap sumber internal band yang enggan disebutkan namanya.

Alasan Mendalam: Spotify Dituding Pro-Genosida

Lebih jauh, alasan utama Majelis Lidah Berduri meninggalkan Spotify ternyata sangat mendalam. Band ini menilai Spotify pro terhadap genosida di Palestina. Mereka juga mengecam investasi besar-besaran pemilik platform pada pengembangan teknologi perang. Selain itu, Majelis Lidah Berduri mengkritik praktik industri musik Spotify yang dianggap menerapkan model ekonomi ekstraktif neoliberal. "Kami merasa tak bisa lagi menjadi bagian dari sistem yang kami anggap tidak adil dan mendukung penindasan," tegas pernyataan resmi band. Mereka meyakini, model bisnis Spotify cenderung menguntungkan pemilik modal besar dan merugikan musisi independen, terutama dari negara berkembang.

Konsekuensi dan Harapan Majelis Lidah Berduri

Kehilangan Pendengar: Tantangan yang Disadari

Keputusan meninggalkan Spotify tentu bukan langkah mudah bagi Majelis Lidah Berduri. Mereka sadar memiliki banyak pendengar di platform tersebut. Artinya, hengkang dari Spotify berarti kehilangan potensi jangkauan pendengar dan pendapatan dari streaming. "Tentu ada kekhawatiran soal kehilangan pendengar, tapi pesan yang ingin kami sampaikan jauh lebih penting dari sekadar angka streaming," jelas perwakilan band. Kini, Majelis Lidah Berduri fokus membangun komunitas pendengar melalui kanal alternatif seperti Bandcamp, Soundcloud, dan penjualan fisik album.

Memicu Diskusi: Potensi Pengaruh Bagi Musisi Lain

Majelis Lidah Berduri juga menyadari, keputusan mereka dapat mempengaruhi musisi lain, terutama musisi baru yang sedang berjuang mencari pendengar. Spotify sering dianggap sebagai wadah paling mudah bagi musisi baru untuk menjangkau audiens lebih luas. Kehilangan akses ke Spotify bisa menjadi tantangan tersendiri. "Kami berharap keputusan ini bisa memicu diskusi lebih luas tentang etika dan tanggung jawab platform streaming musik, serta mendorong musisi mencari cara alternatif berkarya dan terhubung dengan pendengar," jelas perwakilan band.

Data terbaru dari Asosiasi Musisi Independen (AMI) menunjukkan, semakin banyak musisi independen mempertimbangkan beralih ke platform alternatif yang menawarkan model bisnis lebih adil dan transparan. Meski begitu, Spotify tetap menjadi platform streaming musik terbesar di dunia dengan jutaan pengguna aktif setiap bulan.

Keputusan Majelis Lidah Berduri ini memicu perdebatan di kalangan pengamat musik. Sebagian mengapresiasi keberanian band mengambil sikap, sementara lainnya mengkritik keputusan tersebut sebagai tindakan kontraproduktif yang berpotensi merugikan diri sendiri. "Ini pilihan sulit, tapi Majelis Lidah Berduri telah menunjukkan bahwa musik tak hanya soal hiburan, tapi juga soal nilai-nilai yang diperjuangkan," ujar seorang kritikus musik dari media online.

Hingga kini, Spotify belum memberikan tanggapan resmi terkait keputusan Majelis Lidah Berduri. Namun, platform streaming musik tersebut terus berupaya menjalin komunikasi lebih baik dengan musisi dan menawarkan model bisnis yang lebih berkelanjutan.

Sebagai informasi tambahan, Majelis Lidah Berduri berencana menggelar serangkaian konser intim di berbagai kota di Indonesia untuk mempromosikan album terbaru mereka dan berinteraksi langsung dengan para penggemar. Konser-konser ini akan menjadi ajang bagi band untuk menyuarakan pesan-pesan mereka dan memperkuat solidaritas dengan komunitas yang mendukung mereka.

Ke depan, Majelis Lidah Berduri berharap, keputusan mereka dapat menginspirasi musisi lain untuk lebih kritis terhadap platform streaming musik dan berani mengambil sikap sesuai nilai-nilai yang mereka yakini. Industri musik terus berkembang, dan Majelis Lidah Berduri ingin menjadi bagian dari perubahan yang lebih positif dan berkelanjutan.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment