TERBARU

Debat Sengit Palestina-Israel, Layakkah Solusi Dua Negara Dicoba Lagi?

Debat Sengit Palestina-Israel, Layakkah Solusi Dua Negara Dicoba Lagi?


Perdebatan mengenai solusi dua negara (Two-State Solution) kembali menghangat seiring upaya untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Mungkinkah solusi ini, yang telah berulang kali menemui jalan buntu, patut dicoba kembali? Mari kita telaah bersama, menimbang argumen pro dan kontra yang menyelimuti gagasan ini.

Mengapa Solusi Dua Negara Kembali Mencuat?

Isu solusi dua negara kembali menjadi perbincangan hangat setelah Prancis dan Arab Saudi mengangkatnya dalam Sidang Umum PBB di New York pada 22 September 2025. Usulan ini bertujuan mulia: menciptakan dua negara yang merdeka dan berdaulat, Palestina dan Israel, yang dapat hidup berdampingan secara damai. Indonesia termasuk di antara negara-negara yang mendukung penuh inisiatif ini, dengan harapan dapat mengakhiri konflik yang telah lama merenggut banyak nyawa.

Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Presiden Republik Indonesia dengan nada prihatin menyoroti krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza. "Dengan berat hati, kita menyaksikan tragedi yang tak terperikan di Gaza. Ribuan nyawa tak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak, telah hilang. Kelaparan mengancam, dan bencana kemanusiaan terjadi di depan mata kita. Kami mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersalah," tegasnya.

Presiden juga menekankan kembali komitmen Indonesia terhadap solusi dua negara sebagai satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian abadi. Lebih jauh, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mengakui Negara Israel segera setelah Israel mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, serta memberikan jaminan keamanan bagi Israel.

"Deklarasi New York ini membuka jalur damai dan adil menuju perdamaian. Kemerdekaan harus bermakna perdamaian. Pengakuan harus membuka peluang nyata menuju perdamaian abadi," pungkasnya. Namun, meski mendapat dukungan dari sejumlah pemimpin dunia, usulan ini tetap memicu reaksi beragam di tengah masyarakat.

Dukungan Internasional yang Kuat

Solusi dua negara ini didukung luas oleh berbagai organisasi internasional dan negara-negara di seluruh dunia. PBB secara konsisten menyerukan implementasinya berdasarkan resolusi yang telah disahkan. Uni Eropa juga memandang solusi ini sebagai kerangka kerja penting untuk mencapai perdamaian yang komprehensif. Negara-negara anggota Liga Arab pun secara kolektif mendukung inisiatif perdamaian yang mengarah pada pembentukan Negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya. Dukungan internasional ini mencerminkan keyakinan bahwa solusi dua negara adalah cara yang paling realistis dan berkelanjutan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.

Argumen yang Mendukung Solusi Dua Negara

Mengapa solusi dua negara tetap menjadi opsi yang relevan? Berikut beberapa argumen yang mendukungnya:

Mencegah Lebih Banyak Korban Sipil

Salah satu alasan utama adalah potensi untuk meminimalisir jatuhnya korban sipil. Dengan adanya demarkasi wilayah yang jelas dan zona demiliterisasi yang diawasi oleh PBB, eskalasi konflik yang memakan korban jiwa dapat ditekan. Seorang analis politik internasional berpendapat, "Jika solusi dua negara disepakati, PBB dapat membentuk zona demiliterisasi. Ini akan mencegah jatuhnya lebih banyak korban sipil. Israel dapat meminta otoritas Palestina untuk membekukan aktivitas kelompok-kelompok militan. Yang jelas, ini adalah upaya pencegahan yang penting."

Jalan Tengah yang Realistis

Meskipun bukan tanpa tantangan, solusi dua negara dianggap sebagai jalan tengah yang paling realistis untuk mencapai perdamaian. Pengamat politik Timur Tengah menyatakan, "Upaya perdamaian sebenarnya sering dicoba, tetapi selalu gagal di tengah jalan. Makanya, solusi dua negara masih jadi pilihan paling masuk akal supaya kedua bangsa bisa hidup berdampingan dengan damai."

Dukungan Mayoritas Anggota PBB

Solusi ini juga didukung oleh mayoritas anggota PBB, termasuk Palestina dan negara-negara Arab. Seorang aktivis perdamaian menuturkan, "Solusi dua negara itu solusi yang diajukan oleh ratusan anggota PBB, termasuk Palestina, negara2 Arab. 2 States solutions itu pilihan realistis. Kalo mau masing2 One State Solutions ya Perang Terus... Skr aja Israel bombardir terus."

Argumen yang Menentang Solusi Dua Negara

Namun, solusi dua negara juga menghadapi penolakan dan kritik. Mengapa demikian?

Dianggap Tidak Akan Berhasil

Beberapa pihak khawatir bahwa solusi dua negara tidak akan pernah berhasil dan hanya akan menjadi alasan bagi Israel untuk terus melakukan invasi dan pendudukan di wilayah Palestina. Seorang kritikus kebijakan luar negeri berpendapat, "Inilah kenapa solusi dua negara tidak pernah berhasil & biasanya hanya jadi alasan u/ memperpanjang invasi militer ke teritori palestina. Solusi dua negara tidak akan pernah berhasil, & para pendukung solusi ini tahu bahwa mereka hanya menyajikan pepesan kosong."

Analogi dengan Penguasaan Wilayah Asing

Kritik lain datang dari mereka yang melihat solusi dua negara sebagai legitimasi penguasaan wilayah oleh pihak asing. Seorang pengamat sosial memberikan analogi, "Ibaratnya orang2 asing datang berbondong2 ke suatu wilayah. Lalu mereka dpt izin tinggal + NIK, boleh beli tanah dan akhirnya separuh wilayah dikuasai asing mancanegara. Lalu orang2 ini deklarasi membentuk wilayah otonom sendiri yg ujung2 nya membentuk negara baru. Apa mau wilayah dibagi jd dua?,"

Tidak Sesuai Aspirasi Sebagian Masyarakat Palestina

Sebagian masyarakat Palestina juga menentang solusi ini karena merasa tidak akan memberikan keadilan. Seorang aktivis pro-Palestina mengatakan, "Bagi mereka yang di Palestina, dari awal tanahnya direbut cuma ada dua kata, menang dengan hanya satu negara yaitu Palestina atau mati syahid."

Dianggap Jargon Kosong

Beberapa pihak menganggap jargon "Dua Negara, Satu Harapan" hanyalah omong kosong. Seorang analis politik mengungkapkan, "Jargon "Dua Negara, Satu Harapan: Palestina-Israel" terdengar indah, tapi kosong. Realitasnya pahit: Israel ada, terus membesar, sementara Palestina hanya serpihan wilayah, terkepung tembok, pos pemeriksaan, dan kontrol ketat. Ini bukan negara, melainkan penjara raksasa."

Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Masa depan solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel masih menjadi teka-teki. Meski didukung luas, penolakan dan kritik tetap ada. Implementasi solusi ini membutuhkan komitmen tulus dari semua pihak. Negosiasi yang jujur dan inklusif, dengan mempertimbangkan aspirasi dan kepentingan semua, adalah kunci untuk mencapai solusi yang dapat diterima. Perdamaian yang langgeng hanya dapat dicapai jika ada keadilan dan penghargaan terhadap hak-hak semua orang.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment