Menghindari Hati Berkarat dengan Romadhon
![]() |
Menghindari Hati Berkarat dengan Romadhon |
Qumedia - Bagi manusia, hati (al-qalb) adalah pusat kendali bagi setiap gerak langkahnya. Dengan kata lain, hati ibarat komandan sementara anggota tubuh lain adalah pasukan yang akan bergerak atau diam sesuai instruksinya. Hal itu sebagaimana telah dimaklumi, bahwa setiap sikap, ucap, dan tindak manusia bermula dari niat, sedangkan tempat niat bermuara adalah hati. Hati yang baik akan menginstruksikan kebaikan dan membimbing pada kebenaran, dan sebaliknya, hati yang buruk akan cenderung menjeru-muskan pada keburukan dan kebatilan. Oleh karenanya, sangat relevan jika Nabi Saw menyebut bahwa saleh salahnya manusia ditentukan oleh baik-rusaknya segumpal daging (mudgah) yang biasa kita sebut "hati (al-qalb)."
عَنِ النُّعْمَانِ بْن بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلَّهُ، وَإِذَا فَسَدَّتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Dari al-Nu'man bin Basyir, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Ketahilah! Sesungguhnya da-lam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (Şahih al-Bukhari bab fadl man istabra'a li dinihi hadis No. 52; Şahih Muslim bab akhż al-halal wa tar kal-syubuhat hadis No. 1599).
Oleh sebab posisi dan fungsi hati yang demikian sentral dan signifikan tersebut, Allah Swt kemudian menjadikannya sebagai barometer kemuliaan atau kehi-naan manusia. Allah Swt, sebagaimana juga kata Nabi Saw, tidak memandang manusia dari sisi lahiriahnya, baik itu bentuk dan warna fisik, sedikit-banyak harta dan keturunan, melainkan dari kesucian dan kebaikan hatinya; bagaimana kadar ketakwaan dan ketakutan kepada Allah Swt yang tertanam di hatinya itu; sejauh mana kejujuran dan keikhlasan yang terpancar darinya. Karena banyak yang berparas indah namun ucap dan tindaknya buruk, banyak yang harta dan keturunnya melimpah namun keserakahannya melebihi binatang.
Baik buruk seseorang akan terlihat dari amalnya, sementara amal seseorang adalah manifestasi kondisi hatinya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (Şahih Muslim bab tahrim zulm al-mus- lim wa khażlihi wa ihtiqärihi wa damihi, wa 'irdihi wa malihi hadis No. 2564)
Hati seorang mukmin akan senantiasa membimbingnya menuju Allah Swt dan kehidupan akhirat, mendorong dan mengajaknya pada kebaikan, serta menjauhkan dan memperingatkannya dari keburukan. Dengan begitu, seorang mukmin akan mencapai tujuan tertingginya, yakni surga dan keridaan Allah Swt. Itulah hati yang suci bersih. Namun demikian, jalan menuju kesucian dan kebersihan hati bukanlah jalan yang mudah. Banyak faktor eksternal dan internal yang dapat membuat hati menjadi kotor dan berkarat ; memadamkan cahayanya, membutakan nuraninya, serta melemahkan kekuatan dan keteguhannya. Jika tidak diantisipasi dan diobati, maka hati akan semakin melemah, sakit, dan pada akhirnya mati. Ketika hati seseorang telah mati, maka sama sekali tidak ada kebaikan yang bisa diharapkan darinya.
Lima Hal yang Dapat Menjadi Perusak Hati
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk menjaga hati dari karat yang dapat merusaknya (muf-sidät al-qalb). Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya, Madarij al-Sälikin, menyebut bahwa ada lima hal yang dapat menjadi perusak hati. Ibn al-Qay-yim menyebut bahwa lima hal tersebut adalah di antara perusak terbesar bagi hati (min akbar mufsidät al-qalb). Ibn al-Qayyim menyebutkan lima hal terse-but sembari menjelaskan dampaknya, juga memperingatkan darinya agar hati terhindar dari kerusakan yang membuatnya sulit untuk melangkah dan menyempurnakan perjalanan menuju Allah Swt, meraih keridaan-Nya, dan mencapai surga-Nya. Lima hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan kepada Selain Allah SWT
Ketergantungan kepada Selain Allah SWT (al-ta'alluq bi gairillah Tabaraka wa Taala). Allah adalah Khaliq (Pencipta) dan segala sesuatu selainnya adalah makhluq (yang dicipta kan). Allah adalah Zat yang kekal abadi lagi Maha segalanya, sementara segala hal selain-Nya adalah fana dan tidak punya daya apa-apa di hadapan- Nya. Ketika seseorang bergantung kepada selain Allah Swt, baik dalam mencari kebaikan atau menolak keburukan, maka sejatinya la tengah menjeramuskan dirinya dalam kekecewaan. la akan ditinggalkan oleh Allah Swt, dan tidak mendapatkan bagian apapun dari-Nya. Hatinya akan teralihkan dari jalan menuju Allah Swt sehingga ia tidak akan mendapatkan rahmat, rida, dan pertolongan-Nya, bahkan tidak pula memperoleh apa yang ia harapkan dari makhluk yang ia gantungi, selain kekecewaan.
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لِّيَكُوْنُوْا لَهُمْ عِزًّا ٨١ كَلَّا ۗسَيَكْفُرُوْنَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا ٨
Dan mereka telah memilih tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka, sama sekali tidak ! Kelak mereka (sesembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka. (Q.S. Maryam [19]: 82-81)
Bergantung kepada selain Allah Swt hanya akan membuat hati semakin le-mah; penuh pesimisme dan jauh dari op-timisme, karena tumpukan kekecewaan yang didapatkan. Ibarat berlindung dari badai di sarang laba-laba, ketergantung an pada makhluk adalah ilusi yang me-nyesatkan; menyangka akan mendapat kebaikan malah sebaliknya; mengira akan memperoleh kebahagiaan malah tidak mendapatkan apa-apa. Ketika hati dipenuhi dengan harapan pada manusia atau materi-duniawi, ketenangan batinakan sulit tercapai. Sebaliknya, ketika seseorang sepenuhnya bergantung ke pada Allah Swt, maka hatinya akan pe nuh kedamaian dan kekuatan yang tak tergoyahkan oleh situasi apapun. Oleh karena itulah Allah Swt mewanti- wanti agar manusia tidak bergantung kepada selai-Nya, yang hanya akan membuat nya tercela dan tak berdaya.
لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلٰهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُوْلًا ٢٢
Janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina. (Q.S.al-Isra [17]:22)
2. Banyak Terlibat dalam Pergaulan tanpa Manfaat (kasrah al-khiltah)
Nabi Saw memang menganjurkan sesama, manusia sekaligus agar bersabar bergaul atas dengan gangguan yang pernah dan mungkin dida patkan (lihat: Sunan al-Tirmizi bab fi mukhalatah al-näs hadis No. 2675 dan Sunan Ibn Majah bab al- şabr 'ala al-bala hadis No. 4032). Hanya saja, yang jarang disadari, banyak bentuk-bentuk pergaulan yang justru menjerumuskan karena tidak bermanfaat malah mengandung mudarat, seperti sering menghadiri pertemuan pertemuan tanpa tujuan, atau terlalu banyak berinteraksi dan bercakap cakap yang tidak bermanfaat bagi akhirat, lebih-lebih jika dilakukan bersama teman yang buruk dan sesat. Percakapan sia-sia atau batil ibarat asap yang menutupi hati hingga menghitamkannya, mengakibatkan kebingungan, kekacauan, kecemasan, dan kelemahan, serta membuat seseorang melupakan urusan pentingnya.
Allah Swt memperingatkan, bahwa pergaulan yang hanya didasarkan pada kepentingan dunia akan berubah menjadi permusuhan di hari kiamat.
Bahkan tidak hanya di hari kiamat kelak, kita seringkali menyaksikan di sekitar kita, ada dua orang yang pada satu waktu bersahabat-dekat atas dasar satu kepentingan duniawi tertentu, lalu ke duanya berbalik saling melempar sumpah serapah permusuhan ketika kepentingan duniawi tersebut tak lagi mereka dapatkan. Inilah hakikat persahabatan buruk: mereka saling menyukai selama kepentingan dunia mereka terpenuhi, Namun ketika tujuan duniawi itu berakhir, yang tersisa hanyalah penyesalan, kebencian, kutukan, dan celaan satu sama lain. Perhatikanlah firman Allah Swt yang memperingatkan manusia dari pergaulan semacam ini.
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يٰلَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا ٢٧ يٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِيْ لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا ٢٨ لَقَدْ أَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِيْ ۖ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْإِنْسَانِ خَذُوْلًا ٢٩
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jari nya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, "Wahail Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku), sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (al-Quran) ketika (al-Quran) itu telah datang kepadaku Dan setan memang pengkhianat manu-sia." (QS.al-Furqan [25]: 29-27)
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ٦٧
Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa. (Q.S.al-Zukhruf [43]:67)
3. Tenggelam dalam Angan-Angan (ruküb bahr al-tamanni)
Terlalu larut dalam angan-angan ibarat berlayar di lautan tanpa pantai. Angan-angan ini adalah lautan yang dinaiki oleh orang orang yang gagal dalam hidupnya.
Ada peribahasa bahwa inna al-mună ra's amwat al- mafalis (angan-angan adalah harta pokok mereka yang bangkrut). "yaitu orang-orang yang tidak memiliki semangat atau tekad untuk meraih kebajikan dan kemuliaan. Alih-alih berusaha, mereka menggantinya dengan khayalan-khayalan kosong, yang hanya berputar dalam pikiran mereka masing-masing. Di dalam hatinya, seseorang yang tenggelam dalam angan-angan membayangkan bahwa ia telah mencapai apa yang diinginkan dan menikmati kemenangan atas khayalannya. Namun, saat ia tersadar, ternyata tangannya kosong dan ia hanya menda-pati dirinya terbaring di atas tikar.
Sebaliknya, orang yang memiliki tekad dan cita cita tinggi, angan-angannya berputar di sekitar ilmu, iman, dan amal yang mendekatkannya kepada Allah Swt. la berusaha dengan sungguh sungguh untuk mewujudkannya. seraya memohon kepada Allah Swt agar harapan harapannya terwujud. Angan-angan seseorang seperti ini dipenuhi dengan iman, cahaya, dan kebijaksanaan, sedangkan angan-angan orang yang lalai hanyalah tipuan dan ilusi. Rasulullah Saw memuji orang yang sungguh-sungguh menginginkan kebaikan, meskipun ia belum mampu melakukannya. Bahkan, beliau menyebut bahwa orang tersebut bisa mendapatkan pahala seperti orang yang benar-benar melakukannya. Sebaliknya, seseorang yang berangan-angan tanpa ilmu dan iman akan mendapat dosa meskipun ia tidak berbuat apa-apa, semata karena angan angan buruknya itu. Inilah angan-angan yang merusak hati.
عن أبي كيشة الأثماري، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مثل هذه الأمة، كمثل أربعة نفر، رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا، فَهُوَ يعمل بعلمه في ماله، ينفقه في حقه، ورحل آثاه الله عِلْمًا، وَلَمْ يُؤْتِهِ مَالًا، فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ كَانَ لِي مِثْلَ هَذَا عَمِكَ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ، قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: فهما في الآخر سواء، ورجل آتاه الله مالا، ولم يونه علماء فهو يحبط في ماله ينفقه في غير حقه، ورحل لم يوله الله عِلْمًا، وَلَا مَالًا، فَهُوَ يقول: لو كان لي مِثْلُ هَذَا، عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فهما في الوزر سواء
Dari Abü Kabsyah al-Anmārī, ia berka-ta, Rasulullah Saw bersabda, "Perumpamaan umat ini seperti empat golongan: (1) seorang yang Allah Swt beri harta dan ilmu, lalu ia menggunakannya untuk kebaikan dan menginfakkannya dengan benar, dan (2) orang yang Allah beri ilmu, tetapi tidak diberi harta, lalu ia berkata, "Seandainya aku memiliki harta seperti dia, aku akan melakukan seperti apa yang ia lakukan Maka pahala keduanya sama (3) Seorang yang Allah Swt beri harta tetapi tidak diberi ilmu, lalu ia menggunakan hartanya tanpa arah dan menginfakkannya di jalan yang salah; dan (4) seorang yang tidak diberi ilmu maupun harta, namun ia berkata, 'Seandainya aku memiliki harta seperti dia, aku akan melakukan seperti apa yang ia lakukan."
Rasulullah Saw bersabda, maka dosa keduanya pun sama." (Sunan Ibn Majah bab al-niyyah hadis No. 4228).
4. Terlalu Banyak Makan (kasrah al-ta'am)
Makanan adalah kebutuhan dasar manusia, tetapi jika berlebihan justru menjadi perusak hati dan tubuh. Nafsu makan yang tak terkendali dapat mengurangi semangat beribadah dan menbuka pintu bagi setan untuk mempengaruhi hati. Makan berlebihan menyebabkan tubah malas dan menghambat seseorang dalammenjalankan kewajiban agama. Oleh karen itu islam mem berlakukan syariat shaum, yang wajib maupun sunat, sebagai salah satu solusi untuk mengendalikan nafsu dan memperkuat hati melalui perjuangan menahan lapar dahaga. Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam urusan makan. Dengan menjaga pola makan yang seimbang, seseorang dapat memelihara kesehatan fisik sekaligus mempertajam spiritualitasnya. Pola hidup yang sehat ini juga mencegah kita dari kebiasaan buruk seperti kemalasan dan kebosanan, yang sering kali muncul akibat perut yang terlalu kenyang.
عَنْ مِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يقول: مامالك ادمي وعاء شَرًّا مِنْ نطي، بحسب الن آدم أكلات يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لا محالة قالت الطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه
Dari Miqdâm bin Ma'di Karib, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulangnya. Jika ia harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafasnya." (Sunan al-Tirmizi bab ma jä'a ft karahiyyah kašrah al-akl hadis No. 2380).
5. Terlalu banyak tidur (kasrah al-naum)
Sebagaimana makan, tidur pun merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Namun jika berlebihan, tidur dapat menjadi penghambat meraih tujuan hidup tidur yang terlalu lama membuat tubuh lemas dan hati tertutup dari cahaya kebaikan. Rasulullah Saw mengingatkan bahwa waktu pagi adalah waktu terbaik untuk mencari rezeki dan beraktivitas, dan orang yang tidur setelah akan kehilangan keberkahan tersebut.
Tidur berlebihan juga menyebabkan seseorang melewatkan kesempatan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah, seperti salat tahajud dan duha. Sebaliknya, kurang tidur juga tidak dianjurkan karena dapat merusak kesehatan.
Rasulullah Saw mencontohkan pola tidur yang teratur dan tidak berlebihan, sehingga tubuh dan jiwa tetap bugar. Kunci dari manajemen tidur adalah memprioritaskan kebutuhan fisik dan spiritual secara seimbang. Dengan demikian, seseorang tidak hanya menjaga kesehatannya, tetapi juga memanfaatkan waktunya untuk hal-hal produktif dan mendekatkan diri kepada Allah.
Demikian kurang lebih apa yang diterangkan oleh Ibn al-Qayyim. Bahwa menjaga hati dari lima perusak utama di atas adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Bergantung hanya kepada Allah, selektif dalam pergaulan, memupuk harapan yang baik dan realistis, menjaga pola makan dan tidur yang seimbang adalah langkah-langkah praktis yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga hati dari karat-karat yang akan mengotorinya.
Hati yang bersih adalah kunci keselamatan di akhirat dan sumber ketenangan di dunia. Membersihkan hati bukanlah usaha yang mudah, tetapi Allah Swt berjanji bahwa setiap usaha kita akan dibalas dengan hidayah (Q.S. al-Ankabut [29]: 69). Ini adalah usaha tiada akhir, demi mempersiapkan diri untuk hari di mana tidak akan selamat siapapun, kecuali orang yang datang dengan hati yang suci lagi selamat (bi qalb salim) (Q.S. al-Syu'ară [26]: 88-89). Wal-Lah al-Mustaan. Qumedia