TERBARU

Warga Negara Israel Gagal Masuk Universitas Pertahanan Top Inggris, Kenapa?

Warga Negara Israel Gagal Masuk Universitas Pertahanan Top Inggris, Kenapa?


Royal College of Defence Studies (RCDS), sebuah universitas pertahanan terkemuka di Inggris, membuat keputusan yang mengejutkan: melarang warga negara Israel untuk mengikuti program pendidikannya. Kebijakan ini langsung memicu perdebatan sengit, terutama di tengah meningkatnya perhatian dunia terhadap operasi militer Israel di Gaza.

Latar Belakang Keputusan: Eskalasi di Gaza

Keputusan ini tak lepas dari konflik Israel-Palestina yang terus memanas, terutama situasi di Gaza. Rencana Israel untuk meningkatkan operasi militer, termasuk kemungkinan mengambil alih Kota Gaza yang padat penduduk dan menjadi tempat berlindung bagi sekitar satu juta warga Palestina, menjadi perhatian utama. Aksi militer besar-besaran ini menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pelanggaran hukum humaniter internasional dan dampaknya bagi warga sipil.

Kekhawatiran semakin meningkat seiring dengan laporan tentang jumlah korban sipil yang terus bertambah. Desakan agar Israel menahan diri dan mencari solusi diplomatik terus berdatangan. Namun, rencana eskalasi yang terus berlanjut memicu reaksi keras dari berbagai negara dan organisasi internasional. Inggris, sebagai salah satu negara yang menaruh perhatian besar pada situasi ini, mengambil langkah tegas dengan melarang partisipasi mahasiswa Israel di RCDS. Langkah ini dipandang sebagai sinyal diplomatik untuk mendorong Israel mengubah pendekatannya dalam menangani konflik.

Alasan Pelarangan: Suara Keras dari Pemerintah Inggris

Pemerintah Inggris, melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan), secara terbuka menyampaikan alasan di balik pelarangan tersebut. Seorang juru bicara Kemenhan Inggris dengan tegas menyatakan, "Keputusan pemerintah Israel untuk semakin meningkatkan operasi militernya di Gaza adalah keliru." Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam pemerintah Inggris atas potensi konsekuensi kemanusiaan dari tindakan militer Israel.

Lebih lanjut, juru bicara tersebut menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan respons langsung terhadap rencana eskalasi yang diumumkan oleh Israel. "Oleh karena itu, kami telah mengambil keputusan untuk menghentikan sementara partisipasi Israel di masa mendatang dalam kursus yang diselenggarakan Inggris," tambahnya. Artinya, mulai tahun 2026, mahasiswa Israel tidak bisa lagi mendaftar dan mengikuti program di RCDS.

Pemerintah Inggris menekankan bahwa kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional adalah prinsip utama yang dijunjung tinggi dalam kursus militer yang diselenggarakan oleh RCDS. Hal ini mengisyaratkan bahwa tindakan Israel di Gaza dianggap berpotensi melanggar prinsip-prinsip tersebut. Meski demikian, pemerintah Inggris memastikan bahwa saat ini masih ada kurang dari lima personel Pasukan Pertahanan Israel yang terdaftar dalam kursus akademik militer non-tempur di Inggris, menunjukkan bahwa hubungan militer secara keseluruhan tidak diputus sepenuhnya.

Tanggapan Israel: Tuduhan Diskriminasi Mencuat

Keputusan Inggris ini sontak memicu reaksi keras dari pemerintah Israel. Direktur Jenderal Kemenhan Israel, Amir Baram, mengirimkan surat resmi kepada pihak RCDS dan Kemenhan Inggris. Dalam surat tersebut, Baram mengecam keputusan itu sebagai tindakan diskriminatif. "Pengecualian Israel merupakan tindakan ketidaksetiaan yang sangat tidak terhormat kepada sekutu yang sedang berperang," tulis Baram dengan nada kecewa.

Baram menambahkan bahwa keputusan tersebut melanggar tradisi toleransi dan kesopanan Inggris. Tuduhan diskriminasi ini mencerminkan kekecewaan mendalam Israel terhadap langkah yang diambil oleh Inggris. Pemerintah Israel berpendapat bahwa larangan tersebut tidak adil dan tidak proporsional, mengingat hubungan baik yang telah lama terjalin antara kedua negara.

Reaksi Israel ini menyoroti kompleksitas hubungan internasional dan tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan nasional dengan prinsip-prinsip moral dan etika. Kontroversi ini memicu perdebatan tentang apakah larangan tersebut merupakan cara yang tepat untuk menekan Israel agar mengubah kebijakannya, atau justru merupakan bentuk diskriminasi yang tidak dapat diterima.

Royal College of Defence Studies: Sekilas tentang Kampus Bergengsi

Royal College of Defence Studies (RCDS) adalah institusi pendidikan pertahanan terkemuka di Inggris. Didirikan pada tahun 1927 dengan nama Imperial Defence College, kampus ini kemudian berganti nama menjadi Royal College of Defence Studies pada tahun 1972. RCDS dikenal dengan program pascasarjananya yang berfokus pada studi strategis internasional.

Kampus ini menawarkan program pendidikan tingkat tinggi bagi mahasiswa dari Inggris dan berbagai negara di seluruh dunia. Program-program di RCDS dirancang untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan pengambilan keputusan strategis di kalangan perwira militer senior, diplomat, dan pejabat pemerintah. RCDS dianggap sebagai salah satu pusat keunggulan dalam studi pertahanan dan keamanan internasional, menarik mahasiswa dan pengajar dari berbagai latar belakang dan perspektif. Lokasinya yang strategis di Belgrave Square, London, semakin menambah prestise dan daya tarik institusi ini.

Melalui program-program pendidikannya, RCDS berkontribusi signifikan dalam membentuk para pemimpin masa depan di bidang pertahanan dan keamanan, serta mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu strategis global. Keputusan untuk melarang warga negara Israel mengikuti program di RCDS, meskipun kontroversial, menyoroti peran institusi ini dalam mencerminkan dan merespons dinamika geopolitik yang kompleks. Kebijakan ini menjadi pengingat bahwa institusi pendidikan, bahkan yang berfokus pada pertahanan, tidak terlepas dari pengaruh dan tanggung jawab dalam konteks isu-isu internasional yang sensitif.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment