Hollywood Bersikap, Ada Apa dengan Israel?
Gelombang dukungan dan kecaman terkait konflik Israel-Palestina terus bergema, bahkan hingga ke jantung industri film Hollywood. Lebih dari seribu pekerja film menyatakan sikap dengan menandatangani ikrar untuk tidak bekerja sama dengan lembaga perfilman Israel yang dianggap terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Apa yang sebenarnya memicu gerakan ini, dan apa dampaknya bagi industri film Israel?
Boikot Lembaga Film Israel: Sebuah Ikrar Solidaritas
Aksi boikot ini muncul seiring meningkatnya eskalasi konflik dan krisis kemanusiaan yang memilukan di Gaza. Sikap tegas ini mencerminkan keprihatinan mendalam komunitas film internasional terhadap situasi yang terus memburuk di wilayah tersebut.
Mengapa Ikrar Ini Muncul?
Krisis kemanusiaan di Gaza, diperparah oleh serangan militer Israel, menjadi katalis utama aksi ini. Potret-potret warga Palestina yang menderita kelaparan, termasuk anak-anak tak berdosa, telah memicu kemarahan di seluruh dunia. Beberapa perusahaan film bahkan menghadapi seruan boikot dan protes atas hubungan mereka dengan pemerintah Israel. Aksi ini terinspirasi oleh gerakan "Filmmakers United Against Apartheid", yang menolak menayangkan film di Afrika Selatan selama era apartheid yang kelam.
"Kami tidak bisa hanya berdiam diri sementara pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi. Ikrar ini adalah wujud solidaritas kami terhadap rakyat Palestina," ujar seorang produser film yang memilih untuk tetap anonim demi alasan keamanan.
Apa Isi Ikrar Boikot Tersebut?
Lebih dari 1.800 aktor, entertainer, dan produser telah membubuhkan tanda tangan mereka pada ikrar tersebut. Intinya adalah komitmen untuk tidak menayangkan film, tampil di dalamnya, atau bekerja sama dengan institusi film Israel, termasuk festival, bioskop, penyiar, dan perusahaan produksi yang dianggap terlibat dalam "genosida dan apartheid terhadap rakyat Palestina." Ikrar ini menargetkan institusi yang terlibat dalam pelanggaran HAM, bukan individu warga negara Israel. Tujuannya adalah memberikan tekanan pada institusi-institusi tersebut agar bertanggung jawab atas tindakan mereka, dengan harapan berdampak signifikan pada industri film Israel. Ikrar ini pertama kali dirilis pada Senin, 8 September waktu setempat.
Reaksi Atas Aksi Boikot
Ikrar boikot ini memicu berbagai reaksi, baik dukungan maupun penentangan. Dampaknya terhadap industri film Israel dan persepsi internasional mengenai konflik Israel-Palestina masih terus bergulir.
Tanggapan dari Pemerintah Israel
Pemerintah Israel sebelumnya telah menolak seruan boikot terhadap lembaga-lembaga Israel, dengan menyebutnya sebagai tindakan diskriminatif dan anti-Semit. Mereka berpendapat bahwa boikot semacam itu merusak kebebasan berekspresi dan menghambat pertukaran budaya.
"Boikot ini tidak adil dan kontraproduktif. Kami akan terus mendukung industri film kami dan melawan segala bentuk diskriminasi," tegas seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan resmi.
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Sebuah Tragedi yang Berkelanjutan
Konflik Israel-Palestina telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, dengan ribuan nyawa melayang dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Situasi ini memicu kecaman internasional dan seruan untuk mengakhiri kekerasan.
Klaim Israel: Pembelaan Diri?
Israel mengklaim bahwa tindakan mereka di Gaza adalah "pembelaan diri" setelah serangan oleh militan Hamas pada Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut angka yang dirilis Israel. Mereka berdalih bahwa serangan militer mereka bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas dan mencegah serangan di masa depan.
Kritik Internasional Terhadap Aksi Israel
Namun, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas, membuat seluruh penduduk Gaza mengungsi, dan memicu krisis kelaparan yang meluas. Banyak pihak mengkritik tindakan Israel sebagai tidak proporsional dan melanggar hukum internasional.
"Tindakan Israel jelas melampaui batas pembelaan diri. Ada indikasi kuat kejahatan perang yang perlu diselidiki secara menyeluruh," kata seorang pengamat hukum internasional.
Suara Kritis Mark Ruffalo: Genosida, Bukan Perang
Aktor Hollywood Mark Ruffalo, yang dikenal karena aktivismenya, juga menyuarakan keprihatinannya mengenai situasi di Gaza. Melalui media sosial, Ruffalo menyatakan bahwa peristiwa di Gaza adalah "genosida, bukan peperangan."
"Kelaparan paksa, bencana kelaparan buatan manusia, anak-anak dan keluarga merana, sementara dunia hanya diam nonton. Ini bukan bencana alam," tulis Ruffalo di akun Instagramnya, Senin (23/8/2025). Ia juga mengkritik para pemimpin dunia yang memilih diam, menyebutnya sebagai bentuk keterlibatan.
Aksi boikot oleh insan perfilman dan suara lantang selebritas seperti Mark Ruffalo menunjukkan bahwa konflik Israel-Palestina bukan hanya sekadar masalah politik, tetapi juga masalah kemanusiaan yang sangat mendalam. Dampaknya terhadap industri film Israel dan upaya perdamaian di kawasan tersebut masih akan terus terasa dalam beberapa waktu ke depan. Dunia terus mengamati perkembangan selanjutnya dan berharap aksi-aksi ini dapat membawa perubahan positif bagi rakyat Palestina. Lebih dari 30.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023, dan lebih dari 70% dari mereka adalah wanita dan anak-anak, berdasarkan data terbaru dari PBB. Situasi ini semakin menggarisbawahi urgensi untuk mencari solusi damai dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.