TERBARU

Gaza Berduka, Ratusan Ribu Warga Palestina Jadi Korban Perang

Gaza Berduka, Ratusan Ribu Warga Palestina Jadi Korban Perang


Gaza kembali berduka akibat konflik yang tak kunjung usai. Perang ini telah merenggut ratusan ribu nyawa warga Palestina, menambah pilu tragedi kemanusiaan di wilayah tersebut. Dampaknya menghancurkan: luka fisik dan psikologis mendalam menganga, kehidupan terhenti, infrastruktur luluh lantak, dan harapan seakan pupus ditelan konflik.

Korban Jiwa yang Mencengangkan

Konflik di Gaza telah menyebabkan jumlah korban jiwa dan luka-luka yang sangat besar. Data menunjukkan, sebagian besar warga Gaza terdampak langsung oleh kekerasan. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya akses layanan kesehatan dan bantuan, membuat para korban semakin rentan.

Pengakuan Mantan Kepala Staf Umum IDF

Herzi Halevi, mantan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Israel (IDF), mengungkapkan data mengejutkan. Menurutnya, lebih dari 200.000 warga Palestina di Gaza tewas atau terluka akibat serangan militer Israel. Pernyataan Halevi, yang direkam dan dipublikasikan oleh media lokal Ynet pada Senin, 15 September 2025, memberikan gambaran jelas tentang skala kerusakan yang terjadi. "Ini situasi yang sangat memprihatinkan dan butuh perhatian segera," ujarnya dalam rekaman tersebut.

Data Kementerian Kesehatan Gaza

Kementerian Kesehatan Gaza memberikan data yang memperkuat gambaran suram di lapangan. Hingga saat ini, mereka mencatat setidaknya 64.718 orang tewas dan 163.859 lainnya terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. Meski sering dibantah Israel sebagai propaganda, angka ini dianggap kredibel oleh organisasi kemanusiaan internasional, termasuk PBB. "Kami terus berupaya mendokumentasikan dan melaporkan jumlah korban secara akurat, meski dengan segala keterbatasan," ungkap juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza. Dengan populasi Gaza 2,2 juta jiwa, berarti sekitar 10% penduduknya tewas atau terluka.

Respons Internasional dan Pandangan yang Terbelah

Krisis kemanusiaan di Gaza memicu berbagai respons dari komunitas internasional. Banyak negara dan organisasi menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya korban sipil dan menyerukan penghentian kekerasan. Bantuan kemanusiaan terus diupayakan, namun terhambat masalah logistik dan keamanan. Beberapa negara membela tindakan Israel dengan alasan membela diri dan memerangi terorisme, memperumit upaya mencapai konsensus global untuk menyelesaikan konflik.

Kontroversi di Balik Keputusan Militer

Keputusan militer selama konflik di Gaza seringkali memicu kontroversi. Muncul pertanyaan tentang proporsionalitas penggunaan kekuatan, perlindungan warga sipil, dan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional. Sebagian pihak menuduh serangan militer menargetkan infrastruktur sipil dan menyebabkan penderitaan yang tak perlu. Pihak militer Israel berdalih bahwa tindakan mereka bertujuan menghancurkan target militer yang digunakan kelompok bersenjata.

Pengakuan Herzi Halevi Soal Nasihat Hukum

Pernyataan Herzi Halevi tentang proses pengambilan keputusan militer juga menimbulkan pertanyaan serius. Halevi mengklaim nasihat hukum tidak pernah membatasi keputusannya selama memimpin operasi militer di Gaza. "Tidak sekali pun ada yang membatasi saya," ujarnya, menambahkan bahwa Jaksa Agung militer pun tidak memiliki wewenang untuk membatasi tindakannya. Pernyataan ini memicu kekhawatiran tentang akuntabilitas dan transparansi dalam operasi militer.

Laporan Surat Kabar Haaretz

Laporan surat kabar Israel, Haaretz, semakin memperburuk kontroversi seputar pengambilan keputusan militer. Laporan tersebut mengklaim bahwa pengganti Halevi sebagai Kepala Staf Umum IDF, Eyal Zamir, telah mengabaikan nasihat hukum dari Jaksa Agung militer. Jika benar, hal ini menunjukkan pola pengabaian terhadap prinsip hukum dalam operasi militer.

Serangan Terbaru di Kota Gaza

Situasi di Gaza terus memburuk dengan serangan terbaru di Kota Gaza, kota terbesar di wilayah tersebut. Staf medis setempat melaporkan serangan-serangan ini telah menewaskan sedikitnya 32 orang, termasuk 12 anak-anak. Serangan ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan dan meningkatkan kebutuhan mendesak akan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan. Dampak psikologis dari serangan-serangan ini juga sangat besar.

Dengan konflik yang belum mereda, masa depan Gaza dan warganya tampak suram. Diperlukan upaya diplomatik intensif dan komitmen kuat dari semua pihak untuk mengakhiri kekerasan dan menciptakan perdamaian jangka panjang. Tanpa solusi komprehensif, Gaza akan terus menjadi saksi bisu penderitaan dan kehilangan. Bantuan kemanusiaan berkelanjutan, rekonstruksi infrastruktur yang hancur, dan upaya rekonsiliasi yang mendalam adalah kunci membangun kembali harapan dan masa depan bagi warga Gaza. Halevi yang memimpin serangan militer Israel di Jalur Gaza selama 17 bulan sebelum mengundurkan diri pada Maret lalu, menyatakan "Ini bukan perang yang lembut. Kami tidak menahan diri sejak menit pertama. Sayangnya, tidak lebih awal," saat berbicara kepada warga Ein HaBesor moshav.

Latest News
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Post a Comment