Dunia Bersatu untuk Palestina, Harapan Baru Tanpa Kekerasan

Harapan baru bagi Palestina kini bersemi, bertumpu pada persatuan global dan resolusi damai tanpa kekerasan. Usulan solusi dua negara, yang mendapatkan dukungan luas dari Majelis Umum PBB, menjadi secercah cahaya di tengah konflik yang telah berlangsung lama. Momentum ini, meski penuh tantangan, memunculkan optimisme untuk perdamaian abadi di kawasan tersebut.
Dukungan Internasional untuk Solusi Dua Negara Menguat
Dukungan internasional terhadap solusi dua negara antara Israel dan Palestina semakin menguat. Usulan yang bertujuan mendirikan negara Palestina yang hidup berdampingan secara damai dengan Israel ini, kini menjadi fokus perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Solusi dua negara dipandang sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri konflik dan menciptakan stabilitas di wilayah tersebut.
Voting di Majelis Umum PBB: Angin Segar untuk Palestina
Dukungan untuk solusi dua negara semakin terasa nyata setelah voting yang berlangsung di Majelis Umum PBB pada Jumat (12/9), berlokasi di markas PBB, New York, Amerika Serikat, dan diumumkan Sabtu (13/9/2025). Mayoritas negara anggota memberikan suara mendukung resolusi yang berupaya mewujudkan negara Palestina yang merdeka. Sebanyak 142 negara memberikan dukungan, sementara 10 negara menentang, termasuk Israel dan Amerika Serikat. Dua belas negara lainnya memilih abstain. Hasil voting ini menandakan adanya konsensus global mengenai perlunya solusi damai yang komprehensif bagi konflik Israel-Palestina.
"Deklarasi New York": Isi dan Harapan Baru
Resolusi yang disahkan oleh Majelis Umum PBB itu secara resmi dikenal sebagai "Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara". Deklarasi ini memuat sejumlah poin krusial yang diharapkan menjadi fondasi bagi terciptanya perdamaian abadi.
Pengutukan Tegas Terhadap Hamas
Salah satu poin penting dalam Deklarasi New York adalah pengutukan tegas terhadap kelompok Hamas. Deklarasi secara eksplisit mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Hamas, terutama serangan terhadap warga sipil. Duta Besar Prancis untuk PBB, Jean-Pierre Dubois, menegaskan sesaat setelah voting, "Tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan." Deklarasi ini juga menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil dalam konflik bersenjata.
Seruan Pembebasan Sandera Tanpa Syarat
Selain mengutuk Hamas, Deklarasi New York juga dengan tegas menyerukan pembebasan seluruh sandera yang ditawan oleh kelompok tersebut. Salah satu poin dalam deklarasi berbunyi, "Hamas harus membebaskan semua sandera tanpa syarat." Seruan ini merupakan respons terhadap krisis kemanusiaan akibat penyanderaan yang dilakukan oleh Hamas, sekaligus menegaskan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam situasi konflik.
Mengakhiri Perang di Gaza: Jalan Menuju Perdamaian Abadi
Deklarasi New York juga menyerukan tindakan kolektif untuk mengakhiri perang di Gaza. Konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi warga sipil dan menghambat upaya perdamaian. Deklarasi ini menekankan perlunya penyelesaian konflik Israel-Palestina yang adil, damai, dan langgeng berdasarkan implementasi efektif solusi dua negara. Solusi ini diyakini sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri siklus kekerasan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kedua bangsa.
Menyingkirkan Hamas dari Kepemimpinan di Gaza: Syarat Stabilitas
Lebih jauh, Deklarasi New York berupaya menyingkirkan Hamas dari kepemimpinan di Jalur Gaza. Deklarasi ini menyerukan agar Hamas mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina, dengan keterlibatan dan dukungan internasional. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menyatakan, "Ini adalah langkah penting untuk menciptakan stabilitas dan memungkinkan pembangunan kembali Gaza." Langkah ini diharapkan membuka jalan bagi pembentukan Negara Palestina yang berdaulat dan demokratis.
Namun, mewujudkan solusi dua negara bukanlah tanpa tantangan. Perbedaan pandangan antara Israel dan Palestina, serta keberadaan kelompok ekstremis yang menolak perdamaian, menjadi hambatan utama. Selain itu, krisis kemanusiaan di Gaza dan ketidakstabilan politik di kawasan tersebut juga mempersulit upaya perdamaian. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam pernyataannya mengatakan, "Proses perdamaian akan membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak."
Meskipun demikian, dukungan internasional yang kuat dan momentum baru yang ada memberikan harapan bagi terwujudnya perdamaian abadi di Palestina. Deklarasi New York menjadi landasan penting bagi upaya-upaya perdamaian di masa depan. Dengan kerja sama dan komitmen dari semua pihak, solusi dua negara dapat menjadi kenyataan dan membawa perdamaian serta stabilitas bagi wilayah tersebut. Implementasi resolusi ini membutuhkan diplomasi yang intensif, bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan, dan pembangunan ekonomi yang inklusif. Dunia berharap momentum persatuan ini dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang mengarah pada perdamaian yang langgeng di Tanah Suci.