Memahami Hakikat Niat dalam Puasa Ramadhan
![]() |
Memahami Hakikat Niat dalam Puasa Ramadhan |
Qumedia - Pada kesempatan Ramadhan, KH. Wawan Shofwan Sholehudin menyampaikan penjelasan penting mengenai hakikat niat dalam ibadah puasa. Beliau menguraikan perbedaan antara niat yang sebenarnya dengan pelafalan niat yang sering menjadi kebiasaan di masyarakat.
Pentingnya Niat dalam Beribadah
Sebagaimana kita ketahui, ibadah tidak akan sah tanpa adanya niat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan secara mutawatir dan tercantum dalam berbagai kitab hadits dan fikih:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengindikasikan bahwa tidak ada amal yang sah kecuali disertai dengan niat. Namun, yang perlu dipahami adalah hakikat niat itu sendiri.
Hakikat Niat: Di Dalam Hati, Bukan di Lisan
KH. Wawan Shofwan menekankan bahwa niat sejatinya berada dalam hati (النِّيَّةُ فِي الْقَلْبِ). Niat tidak ada kaitannya dengan lisan atau ucapan. Yang dilisankan bukanlah niat, karena niat secara asli berada dalam hati dan tidak berkaitan dengan lisan.
Beliau menjelaskan bahwa praktik melisankan niat puasa merupakan masalah baru (bid'ah) yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW maupun para sahabatnya. Rasulullah tidak pernah melafalkan "Besok saya mau puasa hanya karena Allah" sebagai sebuah seremonial, begitu juga para sahabat tidak pernah melakukannya.
Kesalahpahaman di Masyarakat
Sayangnya, banyak orang yang menganggap bahwa jika tidak melafalkan niat puasa, maka puasanya tidak sah. Ini adalah kesalahpahaman yang perlu diluruskan. Permasalahannya bukan pada "tidak berniat", melainkan pada "tidak melafalkan niat" yang dalam bahasa umum disebut sebagai "talaffudz bin niyyah" (تَلَفُّظ بِالنِّيَّة).
KH. Wawan Shofwan menegaskan bahwa talaffudz bin niyyah bukanlah bagian dari sunnah Rasul. Para ulama sepakat bahwa melafalkan niat puasa bukanlah cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW maupun para sahabat. Oleh karena itu, jika seseorang ditanya apakah membaca "nawaitu shauma ghadin..." adalah sunnah Rasul, jawabannya adalah bukan.
Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21)
Beliau mengajak kita untuk merenungkan: Jika cara beribadah kita tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah, lantas sunnah siapa yang kita ikuti? Tentu bukan sunnah Rasul. Para ulama menyebut praktik semacam ini sebagai "ghairu masyru'" (غَيْر مَشْرُوع) yaitu suatu ibadah yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
KH. Wawan Shofwan Sholehudin menekankan pentingnya memisahkan antara niat (yang ada di dalam hati) dengan talaffudz bin niyyah (pelafalan niat). Niat berada dalam hati, sedangkan melafalkannya adalah praktik yang tidak berasal dari Al-Qur'an maupun sunnah Rasulullah SAW.
Melalui pemahaman ini, diharapkan kita dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan pemahaman yang benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Semoga puasa Ramadhan kita diterima oleh Allah SWT dan membuka pintu-pintu berkah dan rahmat-Nya. Qumedia
Referensi
- WIJHAH TV. (n.d.). Niat Dalam Shaum || KH. Wawan Shofwan Sholehudin [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=niat-dalam-shaum-kh-wawan-shofwan
- Al-Bukhari, M. I. (n.d.). Sahih al-Bukhari. Hadith: Innamal a'malu binniat.
- Muslim, I. (n.d.). Sahih Muslim. Hadith: Innamal a'malu binniat.
- Al-Qur'an. Surah Al-Ahzab (33:21).